Dipandanginya buku itu... lama. Antara ingin tertawa atau meringis. Betapa kehidupannya begitu ironis. Berlari sekuat tenaga, tapi kembali pada titik mula yang ia juga tak pernah mengerti mengapa. Benarkah ini jalannya? Sebuah legenda yang telah dititiskan begitu menyapa dunia? Tapi semua orang pasti memiliki kisah senada. Ia yakin itu, keyakinan yang terus ia ucapkan, ulang dan dengungkan untuk menambah kekuatan hatinya. Tapi kali ini ia ingin sedikit berbeda, benarkah jalan yang menghadang didepannya?
Perlahan ia membuka lembar demi lembar buku tebal itu. Wangi buku dengan halaman paperback langsung menyapa hidungnya. Warna kertas yang tak terlampau putih menyapa dengan begitu pas. Tapi isinya tak pernah mudah, mempertanyakan segala sesuatu, mulai dari Tuhan hingga pengetahuan. Ia ingin sang pemberi buku ada disampingnya, berbagi tentang apa yang tertera. Bahkan kehdairannya akan lebih cukup dari kedua buku yang dibungkus rapih itu. Buku tentang kegelisahan yang tak pernah usang, tentang tamak yang senantiasa jamak, dan tentangnya yang tak henti bersinar.
Terimakasih...
Wednesday, October 31, 2007
Tuesday, October 30, 2007
Tua
Belakangan ini aku merasa renta. Mungkin karena ada wacana-wacana yang kembali mengemuka, wacana yang kugeluti beberapa tahun lalu. Lampau yang kini sudah nyaris tak terbayang, karena terasa sudah begitu lama. Apakah karena terlalu banyak diskusi dengan orang tua, hingga akhirnya pikiranku menua sebelum waktunya? Semenjak SMA teman bertukar pikiranku memiliki rentang hingga dua digit, kini rentang itu kian memanjang.
Mungkin karena sudah menua pula, tulisanku kini mulai melunak, tak lagi menyalak, galak. Dulu, ada yang menyebutku Bolshevijk muda, hingga ketika membaca tulisanku periode itu, aku nyaris tak mengenalinya lagi, selain nama yang tertera. Namun momen menulis memang proses yang ajaib. Seorang temanku yang lain berujar, diriku dan tulisan seperti melihat dua kepribadian berbeda. Terang/gelap? Entahlah, mungkin karena itu Soedjatmoko mengatakan menulis sebagai proses menyakitkan.
Aku sendiri memandangnya sebagai proses refleksi diri. Mengendapkan segala yang kubaca dari lingkungan sekelilingku. Mencari makna, menggali, merenung, mencoba lebih kuat, belajar banyak dari kisah orang hebat, dan kegilaan-kegilaan aksi mereka hingga tertera dalam sejarah. Acara televisi dari gosip, berita, bencana, hingga movie, buku dari teori hingga fiksi.
Apa yang kucari? Aku tak tahu. Begitu pula kegiatanku belakangan ini yang membentuk deret kesibukan tak hingga. Mencoba mengembangkan dimensi waktuku sendiri agar semua tanggung jawab dapat terlaksana. Mungkin harus sedikit mengambil jeda ketika ada satu kerjaan yang teraniaya, ketika tak lagi dilakukan dengan penuh cinta, dan merugikan orang lain.
Beberapa mimpi yang tak jua lekang, meski dalam lapisan terendah ia masih bisa memilih wujudnya. Seperti halnya semesta raya yang memiliki berbagai lapisan penafsiran, begitu pula mimpi-mimpiku. Aku masih sibuk menjadi, proses pencarian diri yang tak henti.
Mungkin karena sudah menua pula, tulisanku kini mulai melunak, tak lagi menyalak, galak. Dulu, ada yang menyebutku Bolshevijk muda, hingga ketika membaca tulisanku periode itu, aku nyaris tak mengenalinya lagi, selain nama yang tertera. Namun momen menulis memang proses yang ajaib. Seorang temanku yang lain berujar, diriku dan tulisan seperti melihat dua kepribadian berbeda. Terang/gelap? Entahlah, mungkin karena itu Soedjatmoko mengatakan menulis sebagai proses menyakitkan.
Aku sendiri memandangnya sebagai proses refleksi diri. Mengendapkan segala yang kubaca dari lingkungan sekelilingku. Mencari makna, menggali, merenung, mencoba lebih kuat, belajar banyak dari kisah orang hebat, dan kegilaan-kegilaan aksi mereka hingga tertera dalam sejarah. Acara televisi dari gosip, berita, bencana, hingga movie, buku dari teori hingga fiksi.
Apa yang kucari? Aku tak tahu. Begitu pula kegiatanku belakangan ini yang membentuk deret kesibukan tak hingga. Mencoba mengembangkan dimensi waktuku sendiri agar semua tanggung jawab dapat terlaksana. Mungkin harus sedikit mengambil jeda ketika ada satu kerjaan yang teraniaya, ketika tak lagi dilakukan dengan penuh cinta, dan merugikan orang lain.
Beberapa mimpi yang tak jua lekang, meski dalam lapisan terendah ia masih bisa memilih wujudnya. Seperti halnya semesta raya yang memiliki berbagai lapisan penafsiran, begitu pula mimpi-mimpiku. Aku masih sibuk menjadi, proses pencarian diri yang tak henti.
Friday, October 26, 2007
Macet
Dari kemarin mau download jurnal yang dikirim ama dosenku, tapi koq macet terus ya? Tapi tetep seneng, dan berhasil membuat kerangka untuk analisa dan pembahasan yang jadi landasan Bab 5-ku. Whooaa... pengaruhnya aneh juga, waktu itu abis dapet balesan, aku berhasil mentranskrip satu interview tanpa jeda, dan sekarang penulisan bab 5. Waduw... tampaknya aku juga kena sindrom tuuu...t. Gara-gara kebanyakan ngeledekin mba Elvy kali ya, hehe.
Wednesday, October 24, 2007
Bahasa
Hal yang menyenangkan dalam ilmu sosial adalah bertemu dengan beragam manusia. Mengenal karakter, kebiasaan dan juga penggunaan bahasa. Seperti kemarin, saat re-check berita yang kubaca lewat Google kepada salah seorang narasumberku melalui sms. Balasan yang khas langsung kudapatkan. Dari beberapa kali meng-sms, aku memperoleh pola yang sama. Pola serupa aku temukan pada pembimbing S1-ku. Bahkan dulu waktu masa bimbingan lebih lucu lagi, waktu aku mengucapkan terima kasih sesudah bimbingan dan membantunya memasukan nilai, beliau malah berujar, “Wah, Yut, harusnya saya dong yang terima kasih.” Atau rebutan siapa yang salah ketika aku presentasi di depan dosen-dosen se-KK.
Penggunaan bahasa dan kebiasaan kemudian menjadi hal yang cukup krusial. Meski niat mungkin sama, namun karena penggunaan bahasa yang berbeda, penafsiran serta kesan sangat mungkin akan berbeda juga. Seperti bagaimana mengartikan bahwa seseorang santun, baik, atau perhatian? Dalam bahasa yang berbeda, perhatian bisa diartikan mengekang, mengikat, bisa pula diartikan sebagai memiliki perasaan khusus, atau bisa juga sekadar perbuatan etis manusiawi. Begitupula dengan membiarkan. Bisa ditafsirkan dengan percaya, tidak perhatian, ataupun tidak peduli. Masing-masing memiliki degradasi positif yang dipengaruhi latar belakang kedua belah pihak.
Sama halnya dengan cinta…
Seperti kata Shakespeare, “The one you love, is the one you hate.” Ketika seseorang jatuh cinta, muncul ekspektasi pada zat diluar pribadi yang muncul dari bayangan kita mengenai orang/zat tersebut. Muncul tuntutan-tuntutan dari gambaran ideal yang bisa jadi sama sekali keliru, dan pada akhirnya hanya akan menyakitkan kedua belah pihak. Sang pecinta, sakit karena ekspektasinya tak sampai, dan orang yang dicinta, sakit karena dipaksa untuk memenuhi gambaran tertentu. Keduanya bisa sama-sama berbicara tentang cinta, bahwa semua ini dilakukan demi dia yang dicinta, tapi bukankah itu hanya ilusi cermin? Ilusi rapuh yang bisa buyar seketika ketika satu belah pihak tak kuasa menahan segala gambaran. Lelah dengan kepura-puraan yang ia lakukan juga atas nama cinta, agar ia yang dicinta bahagia.
NB: penggunaan bahasa disini seperti teks dalam kajian budaya.
Baru nyadar, kalau aku sering banget menyebut-nyebut Mbah Goo di blog ini, hehe
Penggunaan bahasa dan kebiasaan kemudian menjadi hal yang cukup krusial. Meski niat mungkin sama, namun karena penggunaan bahasa yang berbeda, penafsiran serta kesan sangat mungkin akan berbeda juga. Seperti bagaimana mengartikan bahwa seseorang santun, baik, atau perhatian? Dalam bahasa yang berbeda, perhatian bisa diartikan mengekang, mengikat, bisa pula diartikan sebagai memiliki perasaan khusus, atau bisa juga sekadar perbuatan etis manusiawi. Begitupula dengan membiarkan. Bisa ditafsirkan dengan percaya, tidak perhatian, ataupun tidak peduli. Masing-masing memiliki degradasi positif yang dipengaruhi latar belakang kedua belah pihak.
Sama halnya dengan cinta…
Seperti kata Shakespeare, “The one you love, is the one you hate.” Ketika seseorang jatuh cinta, muncul ekspektasi pada zat diluar pribadi yang muncul dari bayangan kita mengenai orang/zat tersebut. Muncul tuntutan-tuntutan dari gambaran ideal yang bisa jadi sama sekali keliru, dan pada akhirnya hanya akan menyakitkan kedua belah pihak. Sang pecinta, sakit karena ekspektasinya tak sampai, dan orang yang dicinta, sakit karena dipaksa untuk memenuhi gambaran tertentu. Keduanya bisa sama-sama berbicara tentang cinta, bahwa semua ini dilakukan demi dia yang dicinta, tapi bukankah itu hanya ilusi cermin? Ilusi rapuh yang bisa buyar seketika ketika satu belah pihak tak kuasa menahan segala gambaran. Lelah dengan kepura-puraan yang ia lakukan juga atas nama cinta, agar ia yang dicinta bahagia.
NB: penggunaan bahasa disini seperti teks dalam kajian budaya.
Baru nyadar, kalau aku sering banget menyebut-nyebut Mbah Goo di blog ini, hehe
Monday, October 22, 2007
Back to Bandung...
Hihi, teori ANT-ku keracunan Godel, dan Wittgenstein. Abis bosen juga baca teori itu, apalagi kalau cuma copy-paste doang, dimana serunya? Jadi aja aku gabung dengan self-reference Wittgenstein yang dilanjutkan dengan formalisasi oleh Godel. Tadinya mau sekalian masukin pembuktiannya, tapi kan ini bukan di math, jadi bahasa domain-domain diskip aja. Dan kian lama masuk, aku makin nyadar kalau ilmu sosial memang butuh waktu yang lama, karena kalau mau bagus, studi literaturnya juga harus kuat. Ngeliat dosenku yang menyelesaikan dalam dalam waktu 3 tahun, dan salah satu tesis yang jadi rujukan, kayanya memang harus gitu... Tapi dosenku lama karena nge-dobel, jadi mungkin bisa lebih cepat dari itu, cuma ya itu, ternyata menyelesaikan tesis memang ngga bisa ngebut.
Tadi requestku udah di approve ama pak BTB, makasih pak.. jadi dapat harta karun data, dan di milis itu ketemu juga ama salah seorang narasumber yang pernah aku wawancara. Beliau salah seorang narasumber favorit, karena ngobrolnya enak. Ada narasumber yang diwawancara kaya orang mau perang, jadi bawaannya defensif, ada yang biasa, yang paling enak ya kalau terbuka dan suasananya nyantai.
Masih harus ke lapangan sekali lagi untuk wawancara pengguna biogas, abis itu mulai direkat-rekatin dalam narasi. Kata dosenku sih, beliau menyelesaikan dalam satu bulan... waktunya bisa ditawar ngga ya?
Tadi requestku udah di approve ama pak BTB, makasih pak.. jadi dapat harta karun data, dan di milis itu ketemu juga ama salah seorang narasumber yang pernah aku wawancara. Beliau salah seorang narasumber favorit, karena ngobrolnya enak. Ada narasumber yang diwawancara kaya orang mau perang, jadi bawaannya defensif, ada yang biasa, yang paling enak ya kalau terbuka dan suasananya nyantai.
Masih harus ke lapangan sekali lagi untuk wawancara pengguna biogas, abis itu mulai direkat-rekatin dalam narasi. Kata dosenku sih, beliau menyelesaikan dalam satu bulan... waktunya bisa ditawar ngga ya?
Thursday, October 18, 2007
Buku & Dompet
Huah, entah kenapa kedua makhluk itu tidak pernah akur...
Padahal niatnya cuma lihat-lihat aja
NB: thanks to speedy:) (ga nyambung ama posting di atas)
Padahal niatnya cuma lihat-lihat aja
NB: thanks to speedy:) (ga nyambung ama posting di atas)
Cinta
...hingga akhirnya percaya cinta platonik...
melihat dia bahagia dengannya akan turut membuatmu bahagia
melihat dia bahagia dengannya akan turut membuatmu bahagia
Tuesday, October 09, 2007
A Day Older And ....
Dan kembali bermain-main dengan angka...
Hehe, dapat web menarik dari dosen math-ku milik John Baez dan waktu pertama kali membuka web tersebut, ada dosen fisika yang melihat hingga dilanjutkan dengan ikut milis Hyper Number. Well, jadilah aku makin belang bentong ngga karuan. Kebetulan lebih lanjut adalah karena Baez menyinggung masalah bioenergi yang terkait dengan tesisku. Lucu aja bagaimana kebetulan bermain-main disekitarku, bosan dengan ilmu sosial, kembali melihat-lihat web matematikawan, dan ngga taunya kembali ke tesis. Kesimpulannya...
NB: terima kasih buat yang kemarin udah nge-sms:)
Hehe, dapat web menarik dari dosen math-ku milik John Baez dan waktu pertama kali membuka web tersebut, ada dosen fisika yang melihat hingga dilanjutkan dengan ikut milis Hyper Number. Well, jadilah aku makin belang bentong ngga karuan. Kebetulan lebih lanjut adalah karena Baez menyinggung masalah bioenergi yang terkait dengan tesisku. Lucu aja bagaimana kebetulan bermain-main disekitarku, bosan dengan ilmu sosial, kembali melihat-lihat web matematikawan, dan ngga taunya kembali ke tesis. Kesimpulannya...
NB: terima kasih buat yang kemarin udah nge-sms:)
Friday, October 05, 2007
Maaf
4 huruf
kata
yang mungkin menggoreskan luka
hati
yang tak selalu suci
praduga
yang muncul tanpa dinyana
janji
yang tak tertepati
kata
yang mungkin menggoreskan luka
hati
yang tak selalu suci
praduga
yang muncul tanpa dinyana
janji
yang tak tertepati
Wednesday, October 03, 2007
A, B & C
Dosen A
Penganut teori A
Komen terhadap teori B: teori B tidak bisa dikuantifikasi.
Dosen B
Penganut teori B
Komen terhadap teori A: mekanistik
Komen terhadap teori C: banyak asumsi-asumsi yang diambil sewenang-wenang
Dosen C
Penganut teori C
Komen terhadap teori A: untuk hal-hal yang dapat dikuantifikasi
Komen terhadap teori B: terlalu struktural
Yuti: mirip triple felix yang dimasukan dalam satu karung. Akur-akur aja ya...
Penganut teori A
Komen terhadap teori B: teori B tidak bisa dikuantifikasi.
Dosen B
Penganut teori B
Komen terhadap teori A: mekanistik
Komen terhadap teori C: banyak asumsi-asumsi yang diambil sewenang-wenang
Dosen C
Penganut teori C
Komen terhadap teori A: untuk hal-hal yang dapat dikuantifikasi
Komen terhadap teori B: terlalu struktural
Yuti: mirip triple felix yang dimasukan dalam satu karung. Akur-akur aja ya...
Subscribe to:
Posts (Atom)
Untuk Papa
Papa … Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat Tapi jasa papa tetap melekat Hangat itu tetap mendekap ...