Friday, June 20, 2008

Ketika Chaos Merindukan Order

Tak mengapa jika kau mau diam saja. Bagaimana kau menjalani hidup itu pilihanmu bukan? Aku takkan menuntut apa yang bukan inginmu. Tapi dengan semua yang telah kau lakukan, kenapa tiba-tiba kau berubah? Kau mengacaukan sebuah algoritma yang telah kususun dalam kepalaku atas nama dirimu. Kebiasaanmu, gayamu menghadapiku, semuanya. Apakah kau baik-baik saja? Apa aku telah berbuat salah padamu? Diammu membuatku tak menentu.

Kau tak berharap aku bisa membaca pikiranmu bukan? Memasuki area bahasa yang tak kupahami. Membuka lapisan yang sudah dikotakhitamkan. Aku tak bisa. Aku berharap bisa, tapi tetap tak bisa. Mungkin aku belum memahamimu. Algoritma yang kususun atasmu belum utuh. Induksi prematur terburu-buru. Karena itu aku akan menambahkan sebuah fungsi lain atas gambaranku atas dirimu. Diam. Ketika kau menutup penjelasan atas pertanyaanku dan membiarkan aku menebak-nebak apa yang ada dalam pikirmu.

Baiklah...

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...