Wednesday, April 22, 2009

Bersama

Memutuskan bersama...
tak berarti harus sama
Kau dengan biasamu
dan aku dengan biasaku

Memutuskan bersama...
tak berarti harus satu warna
Senangmu yang bising
dan aku yang hening

Memutuskan bersama...
tak berarti harus selalu bahagia
Mengerti dengan memberi jarak
agar kembali semarak

Memutuskan bersama...
berarti belajar berbagi
Mendefinisikan ulang kenyamanan
dengan memahami

Sunday, April 05, 2009

Belajar Menjadi

Pernahkah seseorang yakin akan jalan yang dipilihnya? Menu makanan, alternatif jalan, jurusan, pekerjaan, ataupun dalam memilih teman. Tak ada yang pasti ketika ketetapan itu diputuskan. Kesalahan mungkin terjadi, namun hal tersebut tak membuat surut. Justru hal itulah yang membuat kehidupan semrawut kadang begitu dirindukan. Ada kemanusiaan dalam ketidaksempurnaan. Kesalahan yang mungkin akan tereduksi jika menggunakan kalkulasi mesin bukan pinsil dan kertas buram. Pelajaran untuk berefleksi, bukan atas apa yang terjadi.

Ketika seorang dihakimi atas realita, peluh kehilangan makna. Keping-keping kehidupan mewujud dalam kanvas dua-dimensi, tanpa waktu dan emosi. Lalu dimanakah proses kemanusiaan terjadi? Layaknya sebuah kehidupan yang dilipat dalam sebuah kilatan kamera, ia kehilangan banyak ragam. Identitas tak menjadikan seseorang asing dengan yang lain, sebaliknya ia akan menciptakan sebuah simfoni. Layaknya lagu yang disusun oleh satu nada, ia hanya akan menjadi sebuah lagu datar, namun dengan perpaduan beragam nada, ia akan menjadi mahakarya.

Belajar berbaur. Bukan dengan menafikan diri, namun dengan menyadari bahwa semua memiliki posisi istimewanya masing-masing. Bagian dari legenda dunia yang menunggu untuk diwujudkan.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...