Wednesday, May 12, 2010

Kangen

Baik tak selalu cukup, perlu... tapi tidak cukup. Dan hal itu senantiasa menciptakan lubang yang tak henti mencari keping untuk membuatnya paripurna. Ah, tak kuduga akhirnya rasa itu datang juga. Setelah sekian bulan merasa baik-baik saja, mendapatkan perhatian begitu rupa, ternyata membuat pertahanan sia-sia. Bukan sulit yang membuat hidup rumit, namun ketika baik menyapa dan mengingatkan perasaan hangat yang sangat akrab.

Mungkin ini tentang budaya. Baik yang tetap terasa hambar karena terlalu logis. Mencoba untuk tetap di garis meski kadang terasa teriris.

*tampak terkena gejala homesick*

Saturday, May 08, 2010

Penuh

Dari kehidupanku yang penuh dengan loncatan-loncatan, ada satu yang selalu aku pegang: penuh. Jika kau telah memilih, maka lakukanlah itu secara utuh. Bukan karena kata tak bisa ditarik kembali, tapi lebih agar kau bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi sempurna. Tentu saja ada kemungkinan bahwa pilihan itu tak berjalan sebagaimana rencana, saat itu kau bisa mengatakan tidak. Memutuskan bahwa pilihanmu telah mengantarkanmu pada satu titik, dan tidak adalah sebuah pilihan lain yang kau buat dengan kesadaran penuh.

Kadang aku suka heran dengan orang yang mengatakan ingin mencapai bulan namun tak pernah melangkah dari nyaman. Jika memang ingin pergi, buatlah tapak-tapak kecil yang akan mengantarkanmu pada titik itu. Meski akhirnya kau hanya sampai seperseratus jarak yang dibutuhkan, setidaknya kau sudah beranjak. Mungkin ingin itu hanya imaji yang akan rusak jika kau mulai beranjak. Seperti kisah penjual teh di bukit yang membiarkan imajinya tertanam di dunia mimpi. Menghilangkan peluang bahwa realitas akan memakan imaji yang menghangatkan kehidupan.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...