Wednesday, January 01, 2020

Waktu

Di suatu fragmen kehidupan, kau begitu dekat. Kau suka bercerita tentang hal-hal yang membuatmu gundah. Sebagai gantinya kau menraktirku kue atau kau akan masak untukku. Mungkin pada saat itu, aku juga membutuhkanmu. Aku butuh kedekatan itu agar aku merasa menjadi bagian dari sesuatu. Tapi begitulah waktu dan mungkin jarak, di fragmen kehidupanku yang lain, kau menjadi orang asing. Kabar yang coba kita pertahankan di momen-momen tertentu perlahan pudar hingga akhirnya tak ada lagi. 

Di suatu fragmen kehidupan, kau suka mengajakku ke tempat-tempat menarik. "Kita janjian di tempat yang ada toko buku," begitu ujarmu karena tahu aku menyukai buku. Dan mulailah kau dengan cerita-ceritamu dan masa depan yang belum pasti. Entah kenapa ketika aku kembali ke tempat-tempat yang pernah aku datangi bersamamu, aku teringat dirimu. Pikiran punya logikanya sendiri untuk memunculkan suatu fragmen dari masa lalu.

Hidup itu menarik. Di suatu waktu, hidupmu berkelindan dengan hidupnya. Tapi di waktu yang lain, kau dan dia seperti orang asing. Apa yang terjadi padanya sudah tidak mempengaruhimu lagi. Tentu saja, kau ingin yang terbaik baginya, tapi hal itu tak lagi menjadi bagian dari keseharianmu. Masalahnya tidak lagi menjadi bagian dari hidupmu lagi dan sebaliknya. Kau dan dia telah berada di semesta yang berbeda. 

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...