Sunday, January 18, 2009

Tabir

Kunjungan singkat itu membuka tabir. Aku tak berkata setuju, hanya menjadi lebih mengerti. Kepingan-kepingan yang membuat gelap lebih bisa diterima, karena sebagaimana cahaya, kegelapan memiliki kisahnya sendiri. Aku tak tahu penerimaanku ini karena dibenturkan pada kondisi dimana interaksi tak terhindarkan, atau menyelamatkan diriku sendiri. Mencari serpih kebaikan dari narasi pedih, meyakinkan diri bahwa kondisilah yang menyebabkan seseorang berubah jahat. Seperti perang yang menyajikan anak-anak dengan sorot permusuhan. Batu-batu yang terlontar dari tangan mungil bukan dalam permainan benteng-bentengan tapi perang. Menyakiti orang dengan kebanggaan...

Bagaimana seseorang bisa hidup dengan keyakinan seperti itu? Mungkin tiap kehidupan memiliki makna kebaikannya sendiri. Proses menjadi insan yang lebih baik, berjuang untuk sesuatu, tapi dengan mengorbankan orang lain, rasanya selalu menyedihkan. Sampai batas apa seseorang bisa dikatakan berjuang atas nama keyakinan dan menjadi jahat?

Aku menemukan bentuk-bentuk lain dari perang. Kondisi samar yang sarat akan ambisi. Berada di dalamnya terasa sedikit menyeramkan. Tapi aku mencoba memahami, berada diluar penilaian baik atau buruk, hanya mencoba memahami mengapa jalan itu menjadi pilihan.

Ada yang berkata, seseorang harus memiliki musuh untuk menyatakan bahwa ia berprinsip. Bagaimana jika aku memilih untuk tidak memilih? Seperti Red Cross atau Swedia?

9 comments:

Ndrie said...

love ur writing.

salam kenal :)

Anonymous said...

love your writing too.

udah kenal :))

Cheshire cat said...

@Ndrie: alo salam kenal juga,tadi udah menaruh jejak

@chikara: cie cie yang udah kenal ;)

Anonymous said...

More than meets the eyes,...

'permusuhan' yang disajikan ke hadapan kita barangkali cuma hasil dari sistem yang bekerja untuk memultiplikasi 'permusuhan' itu sendiri.

Sistem itu, media-media itu, mengambil keuntungan 'yang tak sedikit' dari kita semua.

So it depends on us whether we wanna be consumed.

Cheshire cat said...

dann you remind me to one of Bond's movie, Die Another Day, if I'm not mistaken. The one that tells media conspiracy to make war as a way to increase their consumer.

Anonymous said...

Ariani, unfortunately I've never watched any of Bonds. They're (sorry) stupid movies to me. For my favs are: movies in which the main character died at the end;)

Anyway, no doubt, wars were fought to supply great great sum of advantages for 'some people'.

And 'the people' just couldn't be you and me.

Cheshire cat said...

Bond movies definitely are not the kind ended with dead of the main character:D

But why choose a sad end when reality present it over and over?

Anonymous said...

Tapi hidup adalah pilihan, pilihan masa lalu yang menjadikan kita sekarang, dan pilihan saat ini yangmenjadikan kita nanti di masa datang.

thankx

Anonymous said...

jangan lupa berkunjung keblog juga ya,.. www.Bagus-age.blogspot.com
salam kenal dari saya.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...