Thursday, May 21, 2009

Abu-abu

Bosan jadi abu
Mencoba tak memihak tapi terjepit di tengah
Satu bahagia lainnya derita
Mendengarkan tapi jadi kacau sendirian

Bosan jadi abu
Mencoba damai namun apa boleh dikata
Dua insan telah memilih jalan berbeda
Apalagi yang bisa dilakukan?

Abu-abu...
berarti hangus menjadi abu?

Thursday, May 07, 2009

Rangga

Episode sebelumnya: Kemala memutuskan untuk meninggalkan keduanya. Bagi Kemala tak mungkin memilih cahaya tanpa kegelapan, karena kegelapan bukan lawan dari cahaya melainkan ketiadaan...

Untuk kali ini saja, ia ingin tak selalu mengikuti ingin tahunya. Bagaimana munkin ia hidup dengan mengetahui bahwa satu-satunya cara untuk membuktikan cintanya adalah dengan pergi? Kesadaran itu mengantarkannya pada ingatan beberapa waktu silam. Saat ia tertawa ketika ada yang mengisahkan cinta platonik. Cinta terlalu egois untuk berjarak. Nol atau satu. Memiliki atau lenyap. Tanpa kenangan ataupun hubungan yang harus dipertahankan. Namun kini ia memilih setengah. Mengawasi dari jauh, memastikan bahwa Kemala baik-baik saja tanpa wujud. Satu-satunya penebusan akan apa yang telah dilakukannya.

Sayang ini bukan fiksi. Penafian diri karena tak bahagia bersama. Ada kisah yang terus berjalan meski tak dituliskan. Kalau dulu ia berhasil sembuh dengan keyakinan akan memperoleh Kemala kembali, maka kini ia hidup untuk menyembuhkan candu yang bahkan nyaris membuatnya gila: Kemala.

Mungkinkah luka yang telah menganga lebar bisa disembuhkan? Ia berharap bisa. Andaikan ia bisa menebus semua tangis dan waktu yang hilang itu, ia akan melakukannya. Tapi hati tak mengenal perhitungan matematis bukan? Kau tak bisa berjanji akan menaklukan bumi dan berharap mendapatkan sebuah hati sebagai balasan. Ia berharap dapat mengulangi semuanya dari awal. Tanpa zat terkutuk. Tanpa pemberontakan. Hanya sebuah irisan yang mengantarkan Kemala yang usai dengan pencariannya dan Rangga yang telah menemukan semesta hidupnya. Kembali.

Saturday, May 02, 2009

Ketika Chaos Merindukan Order

Sebuah titik dalam sel abu-abu... Nyaman yang dirajut oleh keteraturan dan kini perlahan semuanya menderas ke titik tak disangka. Ia kehilangan pijakan. Bagaimana jika semuanya sama tapi tak lagi berasa sama? Hal-hal yang dulu terasa sempurna namun tak ada lagi dirinya dalam gambaran? Tersenyum bagaimana presentasi serius kemarin mengisahkan apa yang tengah ia alami sekarang ini: do not depend on its form rather function. Hatinya tak lagi di sana...


Mengharapkan orang lain mengerti berarti membiarkan ia larut dalam nyaman. Sesuatu yang mungkin akan menghancurkannya dalam waktu panjang. Bom waktu telah dijalankan dan tak ada jalan untuk kembali selain pergi.

Hanya ada dua pilihan: menjalani kondisi yang tidak menguntungkan ini dengan menggerutu sepanjang hari atau mencari segala hal menyenangkan yang membuat kuat. Pilihan kedua ternyata mengantarkannya pada jejaring padat di luar orang-orang yang berada di sampingnya selama ini. Orang-orang yang mendengarkan mimpi dan menyemangatinya untuk hal itu...

Tersesat? Salah tempat?

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...