Saturday, May 08, 2010

Penuh

Dari kehidupanku yang penuh dengan loncatan-loncatan, ada satu yang selalu aku pegang: penuh. Jika kau telah memilih, maka lakukanlah itu secara utuh. Bukan karena kata tak bisa ditarik kembali, tapi lebih agar kau bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi sempurna. Tentu saja ada kemungkinan bahwa pilihan itu tak berjalan sebagaimana rencana, saat itu kau bisa mengatakan tidak. Memutuskan bahwa pilihanmu telah mengantarkanmu pada satu titik, dan tidak adalah sebuah pilihan lain yang kau buat dengan kesadaran penuh.

Kadang aku suka heran dengan orang yang mengatakan ingin mencapai bulan namun tak pernah melangkah dari nyaman. Jika memang ingin pergi, buatlah tapak-tapak kecil yang akan mengantarkanmu pada titik itu. Meski akhirnya kau hanya sampai seperseratus jarak yang dibutuhkan, setidaknya kau sudah beranjak. Mungkin ingin itu hanya imaji yang akan rusak jika kau mulai beranjak. Seperti kisah penjual teh di bukit yang membiarkan imajinya tertanam di dunia mimpi. Menghilangkan peluang bahwa realitas akan memakan imaji yang menghangatkan kehidupan.

3 comments:

Itan'S Blog said...

keren bgt.... bukan karena kata tak bisa ditarik kembali.....

Lesly Septikasari said...

bagaimana kisah penjual teh itu, teh?

Akhsayanty said...

ih, ternyata yuti masih nulis...hey,ngerasa ketaplok gw...:(

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...