"Rangga ..."
"Eh Kemala, apa kabar? O iya perkenalkan ini istri saya, Kinanti"
"Kinan," ucap gadis berambut panjang itu sambil menjabat tangan Kemala.
"Mala," balas Kemala.
Kemala terus memutar adegan tadi siang. Ia merasa bodoh. Tak seharusnya ia menyapa Rangga. Tidak tanpa seseorang di sisinya. Tidak karena ada perempuan lain di samping Rangga. Tidak karena merasa terlihat sangat bahagia bersama. Seharusnya ia diam saja tadi siang tapi mulutnya bereaksi lebih dahulu dari otaknya.
Ia bodoh. Titik.
Tuesday, June 30, 2015
Malam
Malam yang tak pekat
Gelap yang tak lelap
Resah yang tak kunjung enyah
Entah
Aku tak tahu apakah irisan pernah ada
atau hanya sebuah imaji fana
Hingga akhirnya tiada
Ditelan sang kala
Thursday, June 04, 2015
Dia
... mengetahui ada seseorang yang menemanimu bekerja
di ruang berbeda
saat mentari tak lagi ada
rasanya menyenangkan
aku suka dengan caranya yang biasa
masuk tanpa paksa
di ruang berbeda
saat mentari tak lagi ada
rasanya menyenangkan
aku suka dengan caranya yang biasa
masuk tanpa paksa
Subscribe to:
Posts (Atom)
Untuk Papa
Papa … Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat Tapi jasa papa tetap melekat Hangat itu tetap mendekap ...