Tuesday, February 28, 2017

Rupa

Salah satu pemandangan yang senantiasa menghangatkan hati adalah perubahan rupa. Wajah dengan tatapan cemas yang perlahan melembut setelah orang yang ditunggunya tiba. Raut yang mulanya melekuk ke bawah perlahan tertarik ke atas. Dunia yang mulanya muram perlahan tiada. Sama halnya ketika melihat orang yang jalan bergegas kemudian mendapatkan pesan yang membuatnya tersenyum. Langkahnya perlahan melambat, seolah tak ingin melewatkan hal-hal kecil dalam hidup ini ketika ia melangkah terlalu cepat. Tetes air di dedaunan kala hujan telah reda, kucing kecil yang tengah bermain dan manusia lain dengan kehidupannya masing-masing.

Mahasiswa bergerombol. Tingkat satu, pikirnya. Muda mudi yang tampak tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Tawa lepas. Kemudian wajah-wajah serius di perpustakaan menjelang waktu ujian. Kala semesta mewujud dalam soal-soal ujian yang menentukan hidup beberapa tahun ke depan. IPK tinggi, melamar pekerjaan impian dan melanjutkan langkah menuju masa depan. Hanya saja hidup kadang tak sesederhana itu. Perlu banyak improvisasi dan bahkan jika semuanya berjalan sesuai rencana, kosong kadang tetap menyapa.

Kenangan? Perlahan menjadi ingatan samar. Orang datang silih berganti. Komunitas berbeda dari yang menundukan pandangan hingga cium pipi. Ia pernah menjadi bagian dari keduanya. Sudahkah ia terlalu banyak berubah? Sudahkah ia lupa tentang apa yang pernah ia inginkan?

Tak ada jawaban.

2 comments:

Anonymous said...

reminiscing the old days or creating a new one?

Anonymous said...

creating a new one that soon may also turn into memory

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...