Rintik mengiringi langkahku siang ini. Daun-daun tertunduk, malu rupanya dengan kedatangan tamu dari negeri awan. Para penjual berteduh di atap yang tak seberapa besar sambil meringkuk mencari sejengkal hangat. Dagangan dengan asap mengepul dan sedikit uap, entah karena hangat baso atau hawa dingin yang merayap perlahan. Setapak tak menyisakan ibu tua yang biasa menengadahkan sebuah mangkok plastik untuk menggantikan tangan. Lagi bersembunyi dari rintik hujan rupanya. Beberapa orang melintas, ada yang bergegas dengan kepala tertunduk, namun tak sedikit yang hanya membiarkan butiran-butiran air bermain di sela-sela rambut.
Aku? Sedikit basah, tapi senang. Pada kuyup alam, bau tanah, dan air yang berlarian di jalan...
6 comments:
Diksi yang sungguh luar biasa!
bagi saya udah terlalu biasa, hingga ku tak tahu arti setitik air itu, sungguh
Biasa dan tidak biasa tentu menjadi relatif. Atau kita usulkan saja dalam hukum relativitas baru?
Kalau hujan menjadi biasa, maka mentari bisa menjadi sebaliknya. Karena hidup ini penuh dengan hari yang istimewa, bagi tiap orang yang merindukan makna...
-yuti
Emang kamu udah ngambil mata kuliah MA5001 Mengartikan Makna dengan Persamaan Matematika, Ti? Bukannya sarmud kamu juga belum lulus? Berarti belum boleh ngambil mata kuliah MA5*** dong.
Kalo masalah kode-kodean bisa aja. Aku aja ngambil kuliah kepala 4 di tingkat 2, tapi aku memang ngga ngambil MK MA5001.
-yuti
Post a Comment