[Episode: Lemah]
Kawan, aku tak tahu apa yang dapat kulakukan untukmu. Saat kau menyampaikan berita itu, kau hanya berkata, “Terimakasih karena sudah bersedia mendengarkan.” Sungguh, aku merasa begitu lemah karena hanya dapat menjadi seorang pendengar, apalagi aku telah memberi saran yang membuatmu melayang sebentar kemudian terhempas dengan cara yang begitu menyakitkan. Andai aku punya dapat berbuat lebih.
Aku tahu, aku tak dapat membuat dunia sesuai yang kuinginkan. Aku ingin tak ada perang, tak ada kebencian, tak ada kemiskinan, tak ada kesedihan, tapi sejarah tak pernah lepas dari keempatnya. Dan ketika aku mencoba mewarnai duniaku dengan pandangan itu, aku masih tetap gagal, bahkan pada dirimu. Aku gagal menghindarkanmu dari airmata, aku gagal membantumu menjadi lebih baik, bahkan celah yang kuanggap mampu menolongmu pun tak dapat berkata banyak.
Meskipun kata andai sekarang menjadi sia-sia, aku tetap tak bisa mengenyahkannya dari benakku. Seandainya aku lebih sering mengingatkanmu, mungkin semuanya tak perlu sedemikian parah. Aku senang merenung, merangkai kejadian-kejadian lampau dalam sebuah kisah hingga bisa kuambil baik-buruknya. Kadang renungan itu hanya bertahan selama seminggu, kadang sebulan, tak pasti, namun aku tahu, tidak semuanya berjalan dengan gayaku. Mungkin kau tak begitu, dan seharusnya saat kau tengah terpuruk aku ada di sana untuk dirimu.
Kau tak menyalahkanku, bahkan kau mengucapkan terimakasih. Tapi aku benar-benar merasa tidak pantas mendapatkan segala kebaikan dan kepercayaan darimu, aku bukan seorang kawan yang baik. Aku mengetahui segala sesuatunya ketika semuanya sudah terlambat, padahal aku tahu bagaimana kau menyikapi segala sesuatu, seharusnya aku lebih keras mendorongmu.
Kawan, aku tak tahu lagi apa yang bisa kulakukan untukmu, meski kau memang tak pernah memintanya. Namun aku tahu, aku memiliki bagian kesalahan dalam kasusmu. Aku tak cukup peduli dan tegas dalam mengingatkanmu. Salah satu tujuanku yang dari dulu tak pernah berubah adalah menjadi orang yang berguna, tapi bahkan untuk dirimu hal tersebut tak berhasil.
Kenapa kau masih percaya padaku? Kenapa kau masih menceritakan kisah-kisahmu padaku? Bukankah aku tak bisa berbuat banyak untukmu? Bukankah kata-kataku tak mengeluarkan dirimu dari masalah? Aku benci perasaan ini, saat aku hanya bisa terdiam mendengarkan segala kisahmu tanpa dapat berbuat banyak, apalagi setelah semuanya terlambat.
Aku sering bertanya-tanya, kenapa banyak orang yang demikian baik padaku. Hal-hal kecil yang dapat membuat hariku cerah ceria: ucapan-ucapan semangat di pagi hari, kata-kata kangen, ucapan selamat ujian, senyum, sebuah anggukan sebagai tanda sapa, jaga kesehatan, tanya akan hari dan rutinitasku, waktu yang orang bagi bersamaku, dunia tampak begitu sempurna. Namun ternyata aku tetap tidak bisa menjadi orang baik bagi yang lain. Mungkin aku masih berada dalam tahap yang paling rendah, sebatas dalam hati.
Ya Allah, berilah hamba-Mu ini kekuatan untuk menjadi lebih baik. Agar tak kudapati lagi tatapan terluka. Sang Maha Kasih, apakah aku egois karena menginginkan orang-orang yang kusayang tak bersedih agar diriku sendiri pun tak ikut berduka?
Salam sayang selalu,
Kawanmu
2 comments:
Aku sering bertanya-tanya, kenapa banyak orang yang demikian baik padaku. Hal-hal kecil yang dapat membuat hariku cerah ceria: ucapan-ucapan semangat di pagi hari, kata-kata kangen, ucapan selamat ujian, senyum, sebuah anggukan sebagai tanda sapa, jaga kesehatan, tanya akan hari dan rutinitasku, waktu yang orang bagi bersamaku, dunia tampak begitu sempurna.....
sebetulnya simple,
semua kebaikan itu,
datang dari kebaikan kita,
dan, datang dari DIA tentu,
selama kita jadi orang baik,
percayalah, segala yang baik akan
bersama kita
setidaknya,
daku, di usiaku, sudah buktikan itu..
(btw gimana ta-nya? salam buat mama di rumah)
dei
----
Ta-nya udah mendekati akhir, tapi kayanya masih sebatas mendekati, kurang finishing tuch. Besok rencananya mau pulang ke rumah. Senangnya melepas rasa kangen, salam juga buat keluarga dei.
Post a Comment