Monday, March 31, 2008
Thursday, March 20, 2008
Network Analysis
Mau ngomong di MP tapi malu karena ada Master Network :D
Entry pointku relatif berbeda dengan penelitian jaringan yang dilakukan oleh Watts dkk: teori jaringan aktor. Alih-alih berangkat dari statistik, analisa dalam ANT dimulai dari pemaknaan. Jadi pertanyaan mengenai bagaimana seseorang dapat memanfaatkan jaringan yang dimilikinya akan relatif lebih mudah dijawab daripada dengan menggunakan Six Degrees of separation. Pendekatan ANT akan sedikit bermasalah ketika berhadapan dengan big numbers, karena penelusuran yang dilakukan pada umumnya melibatkan aktor yang terbatas. Exit strategynya adalah dengan menggunakan fraktal, yaitu menemukan elemen-elemen generik dalam sebuah jaringan, kemudian mengekstrapolasikan pola tersebut dalam jaringan yang lebih besar.
Landasan seperti apa yang dibutuhkan agar multiplikasi tersebut dapat berhasil?
Entry pointku relatif berbeda dengan penelitian jaringan yang dilakukan oleh Watts dkk: teori jaringan aktor. Alih-alih berangkat dari statistik, analisa dalam ANT dimulai dari pemaknaan. Jadi pertanyaan mengenai bagaimana seseorang dapat memanfaatkan jaringan yang dimilikinya akan relatif lebih mudah dijawab daripada dengan menggunakan Six Degrees of separation. Pendekatan ANT akan sedikit bermasalah ketika berhadapan dengan big numbers, karena penelusuran yang dilakukan pada umumnya melibatkan aktor yang terbatas. Exit strategynya adalah dengan menggunakan fraktal, yaitu menemukan elemen-elemen generik dalam sebuah jaringan, kemudian mengekstrapolasikan pola tersebut dalam jaringan yang lebih besar.
Landasan seperti apa yang dibutuhkan agar multiplikasi tersebut dapat berhasil?
Tuesday, March 18, 2008
Cinta
Seperti air...
Ketika kau menggenggamnya terlalu erat, kau hanya akan kehilangan
Berikan ruang, maka ia akan mengisi ruang tersebut
Ketika kau menggenggamnya terlalu erat, kau hanya akan kehilangan
Berikan ruang, maka ia akan mengisi ruang tersebut
Thursday, March 13, 2008
Akhirnya...
Dapat juga penjelasan. Fyuh, malu bertanya memang bikin sakit perut, huahaha. Ternyata aku lebih suka mengetahui sesuatu meski itu pahit daripada berada dalam kondisi ngga jelas, dan toh aku tetap bisa belajar sesuatu. Huaaaaa... my pathetic english, ternyata akut berat. Jadi makin salut ama EF yang betah bacain tulisanku berlembar-lembar dan menjawab pertanyaan-pertanyaanku, bahkan untuk yang aneh, nyleneh, dan kadang nyebelin. Two thumbs up!
Jadi enaknya belajar bahasa Inggris dimana ya?
Jadi enaknya belajar bahasa Inggris dimana ya?
Wednesday, March 12, 2008
Parameter Cinta
Gara-gara baca tulisan Ika disini nih...
Mungkinkah cinta dapat dikalkulasi? Lebih jauh lagi, parameter apa yang diperlukan untuk memvalidasi bahwa seseorang tengah jatuh cinta? Bisakah parameter ini berlaku timbal balik, if and only if, atau hanya dapat dimengerti ketika terjadi? Tanpa aba-aba, tanpa persiapan, hanya begitu saja. Pemahaman yang hanya dimengerti ketika bertemu dengan orang yang tepat, bahkan ketika hal itu bertentangan dengan akal sehat.
Bagiku cinta itu satu paket dengan misteri. Kompleks. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dari unsur-unsur penyusunnya karena hanya akan memerangkapnya dalam reduksionis akut. Bahkan ketika zat-zat kimia itu disuntikan untuk memperoleh sensasi, efeknya hanya berlangsung sekejap, dan lebih menyakitkan lagi ketika berakhir: kekosongan kelam yang dalam. Sesaat dimana kau lenyap, dan kemudian kau kembali sendirian.
Riwayat candu sendiri sudah berlangsung ribuan tahun. Setua peradaban manusia. Jamur-jamur yang dibakar, dupa, kondisi sakau, kesurupan, upacara-upacara pemujaan dan beragam sensasi untuk merasakan ekstase. Bagaiman dengan cinta? Toh, kematian tak dapat menghilangkan rasa yang pernah singgah, atau mengenyahkan semua kenangan yang pernah ada. Ada kesamaan dalam rupa, meski beda dalam kesejatian. Ah, entahlah...
Mungkinkah cinta dapat dikalkulasi? Lebih jauh lagi, parameter apa yang diperlukan untuk memvalidasi bahwa seseorang tengah jatuh cinta? Bisakah parameter ini berlaku timbal balik, if and only if, atau hanya dapat dimengerti ketika terjadi? Tanpa aba-aba, tanpa persiapan, hanya begitu saja. Pemahaman yang hanya dimengerti ketika bertemu dengan orang yang tepat, bahkan ketika hal itu bertentangan dengan akal sehat.
Bagiku cinta itu satu paket dengan misteri. Kompleks. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dari unsur-unsur penyusunnya karena hanya akan memerangkapnya dalam reduksionis akut. Bahkan ketika zat-zat kimia itu disuntikan untuk memperoleh sensasi, efeknya hanya berlangsung sekejap, dan lebih menyakitkan lagi ketika berakhir: kekosongan kelam yang dalam. Sesaat dimana kau lenyap, dan kemudian kau kembali sendirian.
Riwayat candu sendiri sudah berlangsung ribuan tahun. Setua peradaban manusia. Jamur-jamur yang dibakar, dupa, kondisi sakau, kesurupan, upacara-upacara pemujaan dan beragam sensasi untuk merasakan ekstase. Bagaiman dengan cinta? Toh, kematian tak dapat menghilangkan rasa yang pernah singgah, atau mengenyahkan semua kenangan yang pernah ada. Ada kesamaan dalam rupa, meski beda dalam kesejatian. Ah, entahlah...
Tuesday, March 11, 2008
Menunggu Jilid II
[mode bersembunyi ON]
Huaaa.... harus menunggu lagi, mules lagi, dan ini sedikit diluar kebiasaan dia yang langsung memberi kabar. Hmmph, kalau sudah begini biasanya sisi seniman mulai kreatif membuat narasi-narasi dalam kepala. Hmmph, mana temanku juga belum memberi komen pada graf terakhir. Huaaa.... kemana orang-orang?
Huaaa.... harus menunggu lagi, mules lagi, dan ini sedikit diluar kebiasaan dia yang langsung memberi kabar. Hmmph, kalau sudah begini biasanya sisi seniman mulai kreatif membuat narasi-narasi dalam kepala. Hmmph, mana temanku juga belum memberi komen pada graf terakhir. Huaaa.... kemana orang-orang?
Monday, March 03, 2008
Bawalah Kemana Hatimu Membawa...
Seharusnya kutinggalkan saja dia...
Seperti yang disarankan beberapa orang. Harus berapa orang lagi agar aku yakin, satu, dua, belasan, puluhan?
Mungkin aku hanya tak mau menanggung rasa bersalah, meski tak jelas juga bersalah karena apa. Etika, moral, sopan santun?
Kesempatan terakhir, setelah itu adios...
Seperti yang disarankan beberapa orang. Harus berapa orang lagi agar aku yakin, satu, dua, belasan, puluhan?
Mungkin aku hanya tak mau menanggung rasa bersalah, meski tak jelas juga bersalah karena apa. Etika, moral, sopan santun?
Kesempatan terakhir, setelah itu adios...
Subscribe to:
Posts (Atom)
Untuk Papa
Papa … Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat Tapi jasa papa tetap melekat Hangat itu tetap mendekap ...