Tuesday, March 18, 2008

Cinta

Seperti air...
Ketika kau menggenggamnya terlalu erat, kau hanya akan kehilangan
Berikan ruang, maka ia akan mengisi ruang tersebut

7 comments:

::: Lathifah Arief ::: said...

Dan juga seperti air, biarkan ia mengalir ;) Karena cinta yang terpendam ibarat air yang dibiarkan mendekam, cepat atau lambat akan keruh, membuat hati rusuh.

Cheshire cat said...

mengalir mengikuti ruang? tak menembus batu namun melewatinya, deras menuju laut? karena butuh waktu lama untuk dapat menembus sesuatu yang padat...

::: Lathifah Arief ::: said...

Ini sok tauku aja loh ya (hihi):

Tak usahlah bersusah payah menembus karang ataupun batu, bukankah mengalir berarti membebaskan diri dari kungkungan ruang dan waktu?

Kadang aku ingin cintaku seperti air yang mengalir: mengitarinya, menyapanya, memberi nuansa, lalu selanjutnya membiarkan kehendak alam yang bicara.

Kadang pula kurasa: ekspektasi yang terlalu tinggilah yang membuat cinta jadi kehilangan esensi. Bagaimana menurut Yuti?

Wow. Kangen juga chat dengan Yuti.

Cheshire cat said...

Iya kak, udah lama ngga ngobrol...

Sekarang aku jadi iri pada cinta yang seperti air. Ia tangguh untuk menyatakannya dirinya ada meski hanya dengan mengitarinya, berada disampingnya tanpa pernah memiliki.

Membebaskan diri dari segala bentuk ekpektasi sebagai perwujudan cinta tertinggi? Tampak seperti konsep yang utopis, aku gagal untuk meleburkan ego diri. Menjadi tak rela untuk berbagi...

Jadi cinta itu apa ya kak? Seperti udara yang tak kasat mata? Seperti mentari?

Anonymous said...

bagaimana membedakan antara cinta dan nafsu? kapan cinta itu bisa dibiarkan mengalir tanpa resiko terjerat oleh nafsu?

Cheshire cat said...

mungkin ada degradasinya, jika melewati ambang tertentu maka ia telah berubah menjadi nafsu...

::: Lathifah Arief ::: said...

Kupikir malah sebaliknya, Yut:
Jika ia belum mampu melewati suatu ambang tertentu, maka berarti itu masih sekedar nafsu :D

Dan mungkin ambang itu tak perlu didefinisikan, apalagi ditetapkan. Mungkin ia hanya dapat dikenali lewat kejujuran, pada nurani dan pada Tuhan.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...