Tuesday, December 15, 2009

Salah Tempat

Untuk beberapa hal ... aku merasa salah tempat. Orang-orang dengan bahasa asing. Beda dunia. Re-start. Kembali dari titik nol. Salah teori. Tak sama ontologi. Kenapa tak diluruskan dari awal? Kenapa menerima proposal kualitatif jika akhirnya harus berubah menjadi kuantitatif? Tak ada pemikiran yang aku kenali. Aku merasa asing ...

Jika tak suka bilang. Dan memang itu sudah aku lakukan, kemarin. Ini bukan masalah bisa atau tidak, tapi pilihan. Setelah mencoba mengerti, membaca beberapa referensi, aku sampai pada titik nol satu, biner.

Ah entahlah, tidak mau memutuskan terlalu cepat ...

Saturday, December 12, 2009

Enschede

"He is very keen to you. Haven't you read the 20% arrangement?"
"No, not yet. I just read that I will have to teach. I don't know whether it include the 20% part or not."
"Well, I heard you have talk a lot through emails. If you want me to be involved, you have to include me into the conversation."

I don't why he is very enthusiast on me. The other thing surprised me is when my co-supervisor told me that she already heard good things about me. Well, I prefer to be the underdog rather than someone great. I'm a perfectionist. I already have a publication, but it is easier to do things based on what I liked and try everything without afraid on what people are going to think about me.

So until now, I still don't know what my supervisor is thinking about me. I guess he put a little too much expectation on me. But as my co said, by making paper I can get his heart, and women have to learn how to get men's heart :)

Wednesday, December 09, 2009

Ketika Chaos Merindukan Chaos

Ketika otomatisasi membuat semuanya tampak terlalu sempurna. Mesin pembuat kopi. Fotokopi, print, email terintegrasi. Karcis dari mesin-mesin raksasa. Mobil-mobil dengan jumlah penumpang dua. Anehnya aku justru paling mudah beradaptasi dengan makanan. Tak ada sakit maag. Tak ada kerumitan karena beragam bumbu yang membuat perut bergolak. Datar.

Senada awan yang tak kunjung bergerak. Mencurahkan hujan atau hanya memamerkan abu dari pagi hingga petang. Hari berlalu dengan kejadian-kejadian kecil yang penuh dengan kesendirian. Kalau dulu aku menikmati perjalanan sunyi dari satu tempat ke tempat lain, sekarang aku mulai merindukan cengkarama dan gosip. Ya, aku merindukan in-efisiensi. Kala semuanya dilakukan atas nama produkstivitas, kemanusiaan kehilangan makna.

Tentu saja ada teman di kampus. Sangat menolong adalah istilah yang tepat. Tapi hangat kadang tak didefinisikan dengan bagaimana efektifnya sesuatu bekerja. Ada berbagai hal clumsy yang mengundak gelak atau hanya menjadi penanda identitas. Tak seragam. Tak salah. Hanya berbeda.

Perjalanan Sunyi

rindu bising ...
pada hiruk pikuk ketawa
segala canda
kehangatan keluarga

dan kemudian mencoba mere-definisikan semua langkah yang mengantarkan aku pada sebuah titik mula. kesempatan yang memberikan aku kesempatan untuk menentukan apa inginku dan bagaimana semua akan dijalankan. orang-orang baru. regularitas baru. keindahan baru. dan kebaikan baru.

Tuesday, November 24, 2009

Bicara Tentang Hati

... yang tak sepenuhnya lagi menapak bumi ...
melayang ke negeri setengah tenggelam
membawa angan jauh melayang
meninggalkan kenangan tak lekang

Monday, November 02, 2009

Memilih

Kadang berarti memantapkan hati dengan tak lagi berpaling pada yang lain. Namun adakalanya memilih adalah bagian dari perjalanan hidup yang mengantarkan seorang anak manusia pada pilihan-pilihan lainnya sehingga satu kesalahan akan membuat seorang kian dewasa. Bukan pilihan akhir yang menjadi bermakna, melainkan bagaimana suatu peristiwa bisa menjadi bekal untuk menjadi lebih baik.

Mungkin beda dengan komitmen. Aku telah memberikan kata-kataku dan sejak itu sebuah mantra telah membelenggu. Karena itu kata menjadi mahal.

Friday, October 23, 2009

Lama

Tak mengisi
Berpaling pada yang lain
Membiarkan ruang
Lengang

Thursday, July 30, 2009

Cinta

Akankah tindakan mengerucut pada satu titik? Kepingan-kepingan kecil yang dirasa tidak bermakna ketika disusun akan menyajikan suatu rupa yang tidak disangka. Hidup yang dijalani dengan langkah-langkah kecil tanpa rencana namun pada suatu ujung melahirkan pemaknaan. Dalam memilih pasangan hidup, bekerja, mewujudkan apa yang ada di benak, dengan keinginan yang kadang menyentak kadang jenuh.

Wednesday, July 15, 2009

Jika

Jika
Hidup menawarkan ingatan abadi,
akankah kau berkata ya?

Jika
Kau mampu membaca pikiran,
akankah kau memilih tahu?

Jika
Waktu memberimu kebebasan,
akankah kau berbalik arah?

Sunday, June 28, 2009

Melampaui Baik & Buruk!

Ekspresinya membuatku tak dapat menahan tawa
Seketika argumen runtuh
Lupa kenapa perdebatan bermula
Lupa apa yang berbeda

Sunday, June 21, 2009

Irisan!

Mungkinkah kau mengetahui sesuatu itu sepenuhnya benar ketika mengambil keputusan? Tak pernah ada kepastian, hingga akhirnya kau menjalani sesuatu dan mendapati ada hal-hal yang berjalan tidak sesuai rencana, atau sebaliknya, berjalan jauh lebih baik daripada yang kau harapkan. Hal inilah yang sering aku temukan ketika kepingan hidupku beririsan dengan orang-orang baru. Ada hal-hal kecil yang juga menjadi bagian dari kehidupan orang lain. Kesukaan-kesukaan yang sama, mimpi yang sama, irisan yang membuat kehidupan tak pernah sepi.

Senang dengan dunia yang tersenyum :)

Monday, June 01, 2009

Legenda Pribadi

Seorang teman mengingatkanku kembali pada frase itu. Kenangan yang terbingkai dalam suatu ruang dan waktu di masa lalu, mempertemukan beragam orang dengan kesamaan: pemimpi. Menantang realitas, mencoa mendobrak statistika tentang peluang. Sebagian berhasil, lainnya masih terus mencari, dan kadang mempertaruhkan semuanya tentang itu. Ah, betapa aku merindukan masa-masa itu... Tanpa tanggung jawab, dikelilingi dengan orang-orang yang menyukaimu hanya karena dirimu, keluarga tanpa ikatan darah.

Namun di balik dunia yang hanya menawarkan warna ceria tersebut kini mulai menyibak duka. Kehilangan, kesedihan, kegagalan, dan jarak. Bagaimana hal tersebut mampu meluluhlantakan semua yang pernah ada. Tapi ini kehidupan, di kala semuanya tampak suram, senantiasa ada sepercik sinar yang menjadi tanda bagi harapan. Sebuah celah yang menyiratkan lalu tak prnah sepenuhnya musnah. Segala kebersamaan itu tak pernah sia-sia. Di kala kau membutuhkan bantuan, akan ada orang-orang bisa diandalkan. Kadang bahkan permintaan itu seperti sebuah oase di tengah ladang gersang. Kala kau merasa dunia tak membutuhkanmu, sebuah harapan yang diletakkan ke atas pundakmu menjadi berkah. Kau berharga!

Aku pikir itulah kehidupan. Gelap bukanlah lawan dari cahaya, melainkan ketiadaan. Satu spektrum. Untuk dapat memahami kehidupan kau harus melewati semuanya...

Thursday, May 21, 2009

Abu-abu

Bosan jadi abu
Mencoba tak memihak tapi terjepit di tengah
Satu bahagia lainnya derita
Mendengarkan tapi jadi kacau sendirian

Bosan jadi abu
Mencoba damai namun apa boleh dikata
Dua insan telah memilih jalan berbeda
Apalagi yang bisa dilakukan?

Abu-abu...
berarti hangus menjadi abu?

Thursday, May 07, 2009

Rangga

Episode sebelumnya: Kemala memutuskan untuk meninggalkan keduanya. Bagi Kemala tak mungkin memilih cahaya tanpa kegelapan, karena kegelapan bukan lawan dari cahaya melainkan ketiadaan...

Untuk kali ini saja, ia ingin tak selalu mengikuti ingin tahunya. Bagaimana munkin ia hidup dengan mengetahui bahwa satu-satunya cara untuk membuktikan cintanya adalah dengan pergi? Kesadaran itu mengantarkannya pada ingatan beberapa waktu silam. Saat ia tertawa ketika ada yang mengisahkan cinta platonik. Cinta terlalu egois untuk berjarak. Nol atau satu. Memiliki atau lenyap. Tanpa kenangan ataupun hubungan yang harus dipertahankan. Namun kini ia memilih setengah. Mengawasi dari jauh, memastikan bahwa Kemala baik-baik saja tanpa wujud. Satu-satunya penebusan akan apa yang telah dilakukannya.

Sayang ini bukan fiksi. Penafian diri karena tak bahagia bersama. Ada kisah yang terus berjalan meski tak dituliskan. Kalau dulu ia berhasil sembuh dengan keyakinan akan memperoleh Kemala kembali, maka kini ia hidup untuk menyembuhkan candu yang bahkan nyaris membuatnya gila: Kemala.

Mungkinkah luka yang telah menganga lebar bisa disembuhkan? Ia berharap bisa. Andaikan ia bisa menebus semua tangis dan waktu yang hilang itu, ia akan melakukannya. Tapi hati tak mengenal perhitungan matematis bukan? Kau tak bisa berjanji akan menaklukan bumi dan berharap mendapatkan sebuah hati sebagai balasan. Ia berharap dapat mengulangi semuanya dari awal. Tanpa zat terkutuk. Tanpa pemberontakan. Hanya sebuah irisan yang mengantarkan Kemala yang usai dengan pencariannya dan Rangga yang telah menemukan semesta hidupnya. Kembali.

Saturday, May 02, 2009

Ketika Chaos Merindukan Order

Sebuah titik dalam sel abu-abu... Nyaman yang dirajut oleh keteraturan dan kini perlahan semuanya menderas ke titik tak disangka. Ia kehilangan pijakan. Bagaimana jika semuanya sama tapi tak lagi berasa sama? Hal-hal yang dulu terasa sempurna namun tak ada lagi dirinya dalam gambaran? Tersenyum bagaimana presentasi serius kemarin mengisahkan apa yang tengah ia alami sekarang ini: do not depend on its form rather function. Hatinya tak lagi di sana...


Mengharapkan orang lain mengerti berarti membiarkan ia larut dalam nyaman. Sesuatu yang mungkin akan menghancurkannya dalam waktu panjang. Bom waktu telah dijalankan dan tak ada jalan untuk kembali selain pergi.

Hanya ada dua pilihan: menjalani kondisi yang tidak menguntungkan ini dengan menggerutu sepanjang hari atau mencari segala hal menyenangkan yang membuat kuat. Pilihan kedua ternyata mengantarkannya pada jejaring padat di luar orang-orang yang berada di sampingnya selama ini. Orang-orang yang mendengarkan mimpi dan menyemangatinya untuk hal itu...

Tersesat? Salah tempat?

Wednesday, April 22, 2009

Bersama

Memutuskan bersama...
tak berarti harus sama
Kau dengan biasamu
dan aku dengan biasaku

Memutuskan bersama...
tak berarti harus satu warna
Senangmu yang bising
dan aku yang hening

Memutuskan bersama...
tak berarti harus selalu bahagia
Mengerti dengan memberi jarak
agar kembali semarak

Memutuskan bersama...
berarti belajar berbagi
Mendefinisikan ulang kenyamanan
dengan memahami

Sunday, April 05, 2009

Belajar Menjadi

Pernahkah seseorang yakin akan jalan yang dipilihnya? Menu makanan, alternatif jalan, jurusan, pekerjaan, ataupun dalam memilih teman. Tak ada yang pasti ketika ketetapan itu diputuskan. Kesalahan mungkin terjadi, namun hal tersebut tak membuat surut. Justru hal itulah yang membuat kehidupan semrawut kadang begitu dirindukan. Ada kemanusiaan dalam ketidaksempurnaan. Kesalahan yang mungkin akan tereduksi jika menggunakan kalkulasi mesin bukan pinsil dan kertas buram. Pelajaran untuk berefleksi, bukan atas apa yang terjadi.

Ketika seorang dihakimi atas realita, peluh kehilangan makna. Keping-keping kehidupan mewujud dalam kanvas dua-dimensi, tanpa waktu dan emosi. Lalu dimanakah proses kemanusiaan terjadi? Layaknya sebuah kehidupan yang dilipat dalam sebuah kilatan kamera, ia kehilangan banyak ragam. Identitas tak menjadikan seseorang asing dengan yang lain, sebaliknya ia akan menciptakan sebuah simfoni. Layaknya lagu yang disusun oleh satu nada, ia hanya akan menjadi sebuah lagu datar, namun dengan perpaduan beragam nada, ia akan menjadi mahakarya.

Belajar berbaur. Bukan dengan menafikan diri, namun dengan menyadari bahwa semua memiliki posisi istimewanya masing-masing. Bagian dari legenda dunia yang menunggu untuk diwujudkan.

Thursday, March 26, 2009

Kepada Seorang Kawan

[Episode: keajaiban]

Kawan, apa yang akan kau pilih? Hidup penuh dengan keajaiban atau membiarkan semua berlalu begitu saja? Satu senyum bisa mewarna menjadi berbagai rupa bagi pemilik imaji. Sebuah tanda kebaikan yang tak pernah lekang. Tanda pengertian lintas bangsa, dan pemahaman bahwa manusia sama. Aku tahu, kau mungkin akan mengungkapkan seribu satu cerita pilu penuh duka, kisah-kisah yang akan membuatku berurai air mata, tapi dibalik itu semua ada sayang mengemuka. Tekad untuk membuat perubahan meski itu hanya sesederhana mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan atau membuang sampah pada tempatnya.

Hal-hal yang terlihat muskil bisa terjadi kalau kau percaya pada keajaiban. Tentu saja kau tak mengharapkanku untuk mengubah setangkai mawar menjadi kelinci bukan? Tapi keajaiban sayang yang merupa dalam detil kehidupan mampu membuat harimu menjadi begitu menyenangkan. Sapaan hangat di pagi hari, ucapan terimakasih disertai senyuman penuh pengertian membuat hidupmu berarti meski tugas-tugasmu masih tetap menumpuk.

Kau tentu pernah mendengar kisah orang yang dikejar anjing bukan? Ketika itu, orang bisa lari dengan sangat kencang. Begitu pula dengan keajaiban sayang, meski kerjaanmu tak berkurang, namun langkahmu menjadi kian ringan. Dan perasaan itu tak mengenal batas. Kau bisa berhubungan dengan orang yang jaraknya ribuan kilometer dan tetap memperoleh perasaan hangat itu menyelusup ke dalam hatimu. Kau tak perlu memiliki warna, bentuk rambut yang sama untuk merasakan itu. Ada hal-hal natural yang bisa kau rasakan tanpa mengucapkan sepatah kata. Konyolnya, ketika aku menggunakan bahasa tangan di depan telepon untuk menjelaskan suatu konsep dengan bahasa Inggris, yang muncul ada tawa karena tersadar gerakan-gerakan itu tak ada gunanya.

Mengapa perbedaan itu ada? Itu pertanyaan yang sering kali kau ajukan padaku. Kenapa harus ada negara maju dan negara berkembang. Kenapa ada anak-anak yang bisa bersekolah sementara yang lain harus berpeluh seharian di jalanan. Ingin aku mengatakan bahwa tugas kitalah untuk membuat perubahan. Usia muda dengan semangat menggebu-gebu dan siap untuk menghadapi dunia. Tapi di sisi lain, perbedaan itu mengajari kita untuk memiliki kasih. Berderma, bersyukur, dan bangun tiap pagi dengan semangat untuk memberikan yang terbaik untuk dunia ini. Karena dalam keberuntungan yang mengalir dalam nadi, ada evolusi dunia yang memungkinkan semua terjadi. Kau tak pernah sendiri.

Rasa syukurlah yang menjadikan manusia utuh. Tiap langkah menyublim dalam sebuah tujuan, bukan untuk membuat sebuah revolusi, tapi untuk menyumbang kebaikan dari kondisi yang ada. Berbaur dan berbagi.

Wednesday, March 25, 2009

Hangat

Kala sejuta kata menyublim dalam hening
Ia telah dimengerti

Quod Erat Demonstratum

Sunday, March 22, 2009

Cukup

Kapan saatnya menetapkan bahwa cukup itu cukup?
a. Ketika waktu tidur terpotong
b. Ketika badan mulai terasa tidak enak
c. Ketika sudah melewati batas bekerja 8 jam per hari
d. Ketika sudah tidak ada waktu untuk membaca komik, ngeblog, dan email
e. Ketika apa yang dilakukan tidak sesuai dengan prioritas

Tapi kenapa ketika sibuk malah intensitas nge-blog meningkat ya?
a. Karena waktu di depan komputer bertambah
b. Karena nge-blog merupakan sarana untuk mencari ide
c. Untuk menambah deret pekerjaan
d. Karena mencari simpati (halah)
e. Karena kreativitas dan analitik berada dalam satu folder di kepala

Rehat Mikir?

3 rapat
12 tugas baca paper mahasiswa
1 kuestioner
1 guidelines
1 acara reuni
1 PR artikel
1 deadline
2 laporan
dan beberapa urusan administratif mengenai kepastian kuliah tamu, persiapan kuliah lapangan...

Yeaa.... everything is under control

Wednesday, March 18, 2009

Semesta

Ketika semesta tak lagi sama
Akankah kau berkata, cukup sampai di sini saja?

Monday, March 16, 2009

PhD Wannabe & Mimpi

Seperti sebuah bayangan yang tak pernah enyah... Masa kecil selama 4 tahun di Belanda membuat mimpi untuk kembali ke sana tak juga surut. Entah apa yang aku cari, pengalaman naik sepeda ke taman-taman kota, menikmati kereta dan kunjungan ke negara-negara di Eropa, atau tersentuh oleh kebaikan profesor-profesor yang ada di sana. Aku tak tahu...

Sudah setahun ini aku mencoba melanjutkan studi ke Belanda, dan selama setahun itu pula aku mendapat pertanyaan yang berdengung bagai nyamuk di kupingku: kapan berangkat? kapan pengumuman? Pertanyaan-pertanyaan tanda peduli yang jika diungkapkan terlampau sering jadi terasa menyebalkan. Seperti gatal, yang ketika digaruk kian bertambah.

Setelah surat penerimaan dari universitas yang aku tuju untuk program doktoral, semua seperti berjalan perlahan. Fragmen-fragmen terpampang dalam kehidupan yang berjalan lamban. Formulir beasiswa yang dikirimkan profesorku terhambat karena aku tak punya tempat bermuara. Tak ada jaminan juga berarti tak dapat surat rekomdasi, syarat yang diperlukan untuk mendapatkan beasiswa. Jika kesal, biasanya aku melampiaskan semua kegundahanku pada profesorku, dan ia seorang pendengar yang baik. Tak surut menyemangatiku untuk terus berusaha.

Tapi di saat rendah, aku merasa semua perjuangan ini terus menghadapi jalan buntu... Berapa lama lagi aku akan memberi kesempatan sebelum menjadi lebih realistis?



Thursday, March 12, 2009

Senyum

Apa alasan orang senyum-senyum tidak jelas?
1. Baru dapat undian berhadiah
2. Teringat suatu hal yang lucu
3. Lainnya
Entah kenapa alarmku berbunyi dan bukannya sembunyi, aku malah penasaran.

Huh, dasar Mephistopeles!!!

Wednesday, February 18, 2009

Menunggu

Satu lagi periode menunggu. Kali ini bisa ada intervensi meski memilih enggan. Entah kenapa kesan buruk di mula, tak juga enyah. Tandatangan dan waktu yang kian merapat. Sungguh kombinasi yang membuat resah. Ia memang bisa saja mengambil jalan sulit. Membenarkan semua kata buruk. Namun seorang pendidik takkan berpikiran sempit bukan?

Monday, February 09, 2009

Kebaikan

satu kebaikan pada acuh
satu kebaikan pada diam
satu kebaikan pada riuh
satu kebaikan pada nyaman

haruskah mencintai segala?

Sunday, February 08, 2009

Sejarah

Melihat sejarah seperti becermin
Agar khilaf tak berulang
Agar korban menjadi pahlawan
Agar kehidupan menuju kebaikan

Wednesday, February 04, 2009

Menyembuhkan Luka

Menemukan sesuatu untuk disalahkan. Mengeluarkan umpatan. Atau mempertanyakan mengapa semuanya berujung pada akhir yang tak diinginkan. Aku melakukan ketiganya. Rasanya lega, membiarkan perasaan itu menganga begitu lebar dan membiarkan rapuh sedikit terbuka. Bukan mengiba, tapi penjelasan dan keyakinan apakah langkah ini akan diteruskan atau berhenti saja.

Terimakasih karena mau menjawab segala resah yang mungkin menyebalkan.

Monday, February 02, 2009

Zombie

Pilihan tak terelakkan. Keseimbangan yang runtuh pada satu kutub. Jenuh. Tak hendak menuduh. Dan memulai iterasi seandainya ia tak pergi. Mungkin akan lebih banyak warna, tantangan dan kesempatan. Tapi begitulah cara kerja seandainya, hal yang bukan menjadi anti-tesis nyata. Dan berada ditengah-tengah seperti zombie, harap yang seolah dibekukan dalam sebuah fragmen nyata.

Friday, January 30, 2009

Harap

Berani berharap
berarti bersiap kecewa

Namun tanpa harapan manusia tak pernah benar-benar hidup

Monday, January 26, 2009

Peluang

Apakah peluang 1/150 ketika dilakukan sebanyak 150 kali akan menghasilkan kepastian 1?

NB: Yuti..yuti pantes aja statistik kamu jelek ;p

Saturday, January 24, 2009

Hitam/Putih

Mana yang kau pilih, kehidupan penuh kepastian: ruang yang senantiasa membuatmu nyaman, orang-orang yang kau yakin akan senantiasa mendekapmu dalam kondisi apapun atau kehidupan roller coaster yang akan membuat hidupmu naik turun?

Konsisten baik.
Konsisten peduli.

Lalu kenapa jatuh hati pada roller coaster?

Wednesday, January 21, 2009

Kotak Pandora

Sangat menggoda. Namun kepercayaannya membuatku enggan. Meski sandi telah diberikan. Mungkin akan berbeda jika aku tahu dari aktor ketiga. Crack. Orang. Apapun.

Biarlah tergeletak dalam sel abu-abu
Menunggu waktu
Menghapus tahu

Sunday, January 18, 2009

Tabir

Kunjungan singkat itu membuka tabir. Aku tak berkata setuju, hanya menjadi lebih mengerti. Kepingan-kepingan yang membuat gelap lebih bisa diterima, karena sebagaimana cahaya, kegelapan memiliki kisahnya sendiri. Aku tak tahu penerimaanku ini karena dibenturkan pada kondisi dimana interaksi tak terhindarkan, atau menyelamatkan diriku sendiri. Mencari serpih kebaikan dari narasi pedih, meyakinkan diri bahwa kondisilah yang menyebabkan seseorang berubah jahat. Seperti perang yang menyajikan anak-anak dengan sorot permusuhan. Batu-batu yang terlontar dari tangan mungil bukan dalam permainan benteng-bentengan tapi perang. Menyakiti orang dengan kebanggaan...

Bagaimana seseorang bisa hidup dengan keyakinan seperti itu? Mungkin tiap kehidupan memiliki makna kebaikannya sendiri. Proses menjadi insan yang lebih baik, berjuang untuk sesuatu, tapi dengan mengorbankan orang lain, rasanya selalu menyedihkan. Sampai batas apa seseorang bisa dikatakan berjuang atas nama keyakinan dan menjadi jahat?

Aku menemukan bentuk-bentuk lain dari perang. Kondisi samar yang sarat akan ambisi. Berada di dalamnya terasa sedikit menyeramkan. Tapi aku mencoba memahami, berada diluar penilaian baik atau buruk, hanya mencoba memahami mengapa jalan itu menjadi pilihan.

Ada yang berkata, seseorang harus memiliki musuh untuk menyatakan bahwa ia berprinsip. Bagaimana jika aku memilih untuk tidak memilih? Seperti Red Cross atau Swedia?

Menatap Lalu

Beberapa kata mengingatkanku pada lalu
Apa yang terjadi jika dulu tak memilih?
Jalan cerita apa yang akan mewujud
Akankah rehat pada suatu titik?

Tuesday, January 13, 2009

Mencandu Ilusi

Tepat yang selalu salah tempat
Hingga keledai pun berhenti tertawa
Sudah terlalu sering terjerembab
ke lubang senada

Nyata merupa dalam imaji
Menjadikan segala tak berarti
Ingin berkata, "Kau jahat saja"
Namun tak kuasa jika terjadi

Berharap berhenti
Mencandu ilusi

Saturday, January 03, 2009

Jengah

Dalam ruang waktu
Ketika kau menanyakan dia padaku

Pertama, aku bukan juru bicara
Kedua, kau dan dia punya suara
Lalu kenapa ada ketiga?

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...