Wednesday, December 09, 2009

Ketika Chaos Merindukan Chaos

Ketika otomatisasi membuat semuanya tampak terlalu sempurna. Mesin pembuat kopi. Fotokopi, print, email terintegrasi. Karcis dari mesin-mesin raksasa. Mobil-mobil dengan jumlah penumpang dua. Anehnya aku justru paling mudah beradaptasi dengan makanan. Tak ada sakit maag. Tak ada kerumitan karena beragam bumbu yang membuat perut bergolak. Datar.

Senada awan yang tak kunjung bergerak. Mencurahkan hujan atau hanya memamerkan abu dari pagi hingga petang. Hari berlalu dengan kejadian-kejadian kecil yang penuh dengan kesendirian. Kalau dulu aku menikmati perjalanan sunyi dari satu tempat ke tempat lain, sekarang aku mulai merindukan cengkarama dan gosip. Ya, aku merindukan in-efisiensi. Kala semuanya dilakukan atas nama produkstivitas, kemanusiaan kehilangan makna.

Tentu saja ada teman di kampus. Sangat menolong adalah istilah yang tepat. Tapi hangat kadang tak didefinisikan dengan bagaimana efektifnya sesuatu bekerja. Ada berbagai hal clumsy yang mengundak gelak atau hanya menjadi penanda identitas. Tak seragam. Tak salah. Hanya berbeda.

1 comment:

pupuk organik said...

pupuk organik : Pemanfaatan lahan pertanian dgn tdk perhatian thd faktor kelestarian lingkungan makin membuat parah kondisi lahan.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...