Kemala memandangi sop guramenya dan ia bayangkan malah roti dan sop 45 sen ...
Friday, February 03, 2012
Kemala
Kalau ada yang membuat kondisi hatinya kian tak menentu itu adalah sakit. Sudah dua hari ini Kemala tak berangkat ke kantor karena flu parah yang menyergap badannya. Pada hari ketiga, ia memutuskan untuk berjalan, mencari perubahan suasana. Pergi ke restoran yang menawarkan suasana menyenangkan, memesan makanan enak tanpa terlalu peduli berapa yang harus ia keluarkan. Ia hanya ingin bersenang-senang. Namun saat makanan hangat itu masuk ke mulutnya, yang ia ingat hanyalah bayangan ketika mereka bersama. Dulu ia tak pernah peduli dimana telepon genggamnya berada. Ia berbicara saat makan siang, bukannya membaca layar ataupun mengetikan kata-kata tak berguna. Ia menyukai cara Andre menceritakan detil-detil kehidupannya, tanpa peduli hal itu akan membawanya kemana. Mungkin itu pula yang menyebabkan ia tak pernah menyukai orang gombal. Ia tak pernah mengerti apa makna dari kata manis yang diucapkan secara tiba-tiba. Ia lebih suka gaya Andre yang memuji masakannya atau menungguinya makan dibandingkan seribu satu kata yang terasa mengawang-awang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Untuk Papa
Papa … Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat Tapi jasa papa tetap melekat Hangat itu tetap mendekap ...
2 comments:
Haruskah aku memetik buah suci, demi mengapai, mengulangi amarah para dewa yang telah menghukumku. Mungkin kalimat bosan yang terbersit, ketika kau mulai tahu bahwa kakiku terlalu kecil, jika dibanding pesona sayapmu. Kau akan makin tahu dan aku makin tak tahu.
Mungkin tak akan bisa kembali lagi, aku terlanjur sesat arah, menoleh kebelakang aku tak mungkin tahu jalan pulang pun kedepan berdebar melihat jalan, ketika kupanggil kau, suarakupun terasa senyap.
Dalam hati bertanya, mungkinkah kau bahagia ketika mantra jadi tak berguna, ketika aku mabuk kau ikatkan tali dileher tak ubah peliharaan, terjulur lidah dan kau mainkan, tapi aku rela. Bodohkah aku, ya
Bukankah begitu sempurna ketika laki-laki tampak tak berdaya, berlutut, dengan raut bertanya-tanya, pun airmatanya semakin menampakankan bodohnya
Aku akan tetap ya, demi kau yang aku yakini setengah dewi.
Post a Comment