Wednesday, June 28, 2006

Another Personality Test

INFP - "Questor". High capacity for caring. Emotional face to the world. High sense of honor derived from internal values. 4.4% of total population.


Introverted (I) 56.25% Extroverted (E) 43.75%
Intuitive (N) 60% Sensing (S) 40%
Thinking (T) 50% Feeling (F) 50%
Perceiving (P) 70.59% Judging (J) 29.41%

Hihi, dasar Libra!

Because of Love

Makasssiiihhh banget...

Dua hari ini, alat sms-ku kembali ke fungsi asalnya sebagai telepon. Hihi, a lot of support from my friends, even just to say hallo. Can't do it without you guys. O iya lupa, blog ini kan default-nya pake bahasa Indonesia. Hehe, kayanya tombol bahasa Inggris-ku lagi dalam mode on, abis lagi banyak tugas pake bahasa Inggris, kebawa-bawa deh.

Di tempat baruku, aku ketemu kakek guru. Jadi pembimbingku, punya pembimbing, nah, beliau ini yang didefinisikan sebagai kakek guru. Seneng, denger cerita dari orang yang punya banyak pengalaman, apalagi aku jadi tau kenapa teks buku Indonesia jarang menggunakan kata 'kita.' Kalau aku menganggap penggunaan kata 'di' sebagai pembentukkan jarak, sedangkan penggunaan kata kita sebagai bentuk pengerjaan bersama. Apalagi untuk matematika, dimana tiap bagiannya memerlukan proses pemahaman. Kalau cuma di, di.. doang, seolah-olah matematika itu seperti pelajaran menghapal. Subjeknya ngga jelas, dan lebih jauh, kalau salah ngga ada yang tanggung jawab.

Aku jadi belajar banyak hal, dan benar-benar jadi ngerasain apa yang namanya kerja keras, berkecimpung dengan kerja teknis, dan belajar menikmatinya. Bo'ong, kalau bilang awal-awal aku langsung enjoy, tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai menemukan hal-hal baru yang ngga aku dapatkan sebelumnya.

Welcome to the Pseode-Real World Yut.

Friday, June 23, 2006

...

Tergulungku dalam suatu waktu
Entah apa yang menunggu

Adakah cerita seru
Lalu bermain dengan ragu
Tertawa dalam lucu
Kembali termangu

Pahatan yang tak lagi utuh
Mencari rumusan baru

Wednesday, June 21, 2006

Ternyata...

Paradoks Yuti: The greatest challange is to conquer the most unchallange work. Huahehe... itulah kesanku di minggu pertama kerja. Gara-gara masuk dalam sistem, kehidupan bohemianku terpaksa harus aku tinggalkan. Keluar rumah siang, baca buku seharian, jalan-jalan ke taman bacaan atau toko belakang, main di Salman, nulis, ngelamun, gangguin orang, dan sejuta kerjaan tidak terencana lainnya. Sekarang, kehidupanku masuk dalam sebuah ritme, pergi pagi, pulang petang, dan kerjaanku lumayan monoton.

Aku sempat shock, selama ini aku lebih terbiasa kerja dalam alur dunia pers. Rapat redaksi, trus riset plus kluntang-kluntung nyari mangsa:) Dunia kerja seperti itu, memungkinkan aku tahu banyak hal, meski dengan jumlah yang minim. Untukku sendiir, gaya ini sangat cocok, soalnya cara berpikirku relatif divergen plus cepet bosen. Tapi duniaku yang baru, cenderung spesifik. Alhasil seminggu ini, banyak banget yang nyemangatin aku via ym atau G talk(makasih ya, buat yang ngerasa).

Alhamdulillah, sekarang aku udah mulai bisa menikmati kerjaanku. Masih setengah males sih, soalnya input data ngabisin waktu dari pagi ampe sore, sampai-sampai aku ngga sempet ngapa-ngapain lagi, tapi sebagai pengalaman, ok juga. Itung-itung menaklukan diri sendiri, dari chaos menjadi order, meski aku berharap bisa berada di jurang kompleksitas. Kaya si Pi, yang merupakan konstanta indah yang tidak terpahami.

Tentang tulisan math-ku jadinya rada kacau. Seharusnya aku membuatnya terstruktur. Tapi karena aku pecinta berat postmo, akhirnya aku ngga tahan untuk memasukkan konsep simulakrum dan itu malah bertentangan dengan konsep fraktal yang aku pakai sebelumnya. Huaa... mau tulisan ilmiah juga, tetap aja ada unsur subjektivitasnya, dan sekarang aku berperan sebagai pembuat narasi, huehehe... padahal postmo menentang adanya sebuah narasi, huehehe, si Yuti kayanya lagi error.

Friday, June 16, 2006

Math Project

Udah seminggu ini aku menggarap proyek idealisku: math project. Pemicunya lomba karya tulis yang dibuat oleh BI mengenai peran pendidikan untuk meningkatkan integritas nasional. Tema besar itu, aku kerucutkan ke bidang matematika. Alasannya sederhana, aku puyeng kalau membaca teori-teori pendidikan Dewey, dan Freire, yang meski umum, namun implementasi di lapangannya rumit, jadi aku milih khusus matematika aja. Pilihan ini sekalian menyalurkan kecintaanku pada filsafat. Dalam filsafat sendiri, ada kelompok-kelompok, nah, karena aku nulis tentang math, aku pilih pemikiran matematikawan aja. Lagian, rata-rata orang math punya karya yang relatif populer, dan semakin tinggi, biasanya mereka akan merambah pada hakekat math dan bagaimana menyampaikan math dengan cara yang sederhana.

Kalau dari referensi yang aku baca, pandangan ini dipengaruhi juga keindahan suatu persamaan. Karena math banyak berdiri diatas aksioma yang kebenarannya didasarkan pada kekonsistenan dan kesepakatan bersama, maka seni untuk menjadikan math tampak menarik bagi orang umum menjadi tantangan tersendiri. Kebayang ngga sih, orang ngotak-ngatik persamaan hingga menghabiskan waktu berjam-jam, hanya atas nama penasaran. Sama aja kaya orang punya hobi mobil, dia bakal ngabisin banyak uang dan waktu untuk ngurus mobil tersebut, jadi aku pikir kayanya sama aja.

Whuaa... ngomongin math, ngga ada abisnya, sekarang aja aku udah bikin 12 halaman, padahal batasnya cuma sampai 15, dan aku masih pengen cerita banyak hal. Paling ntar aku akal-akalin margin kiri dan kanannya.

O iya, mailku udah dibales ama dosen-dosen math-ku. Kesimpulan sementara tentang dosen-dosenku: idealis, moralis, dan baaaiiiiiik.

Thursday, June 15, 2006

Testi

Dalam rangka melanjutkan program studiku, aku berburu testi dari dosen. Judulnya sih rekomendasi, tapi aku lebih seneng menyebutnya testi. Langkah pertama, nanya bagaimana cara memperoleh testi ke pembimbing, trus sekalian ngasih form-nya deh, setelah dijelasin. Karena ingin tau, sekalian aja aku nanya.
Me: "Pak, rekomendasinya harus diamplop, ya? Saya ngga bisa tau dong."
Bpk: "Iya, Yut."
Me: "Wah, Pak, saya kan ingin tahu apa yang ditulis."
Bpk: (sambil ketawa)"Kamu ingin tahu aja sih, Yut."

Beberapa hari kemudian, pembimbingku nge-sms, bilang surat rekomendasinya udah bisa diambil. Trus perbincangan berlanjut.
Bpk: "Kalau di Amerika, setelah diserahkan, orang yang direkomendasikannya boleh melihat suratnya."
Me: "Ooo.., jadi nanti dikembalikan, Pak?"
Bpk: "Ngga, tapi kalau mau tau, bisa minta liat."
Me: "Apa bedanya dengan sekarang, Pak?"
Bpk: "Harus diserahin dulu baru boleh tau."
Me: "Kan, ini(sambil nunjuk amplop) jadi feedback Pak buat saya."
Bpk: "Ya udah, kalau nanti kamu udah diterima, nanti saya kasih tau(sambil senyum)."

Hihi... jadi teringat hipotesis teh dan susu yang ada di Gunung Pi, apa bedanya coba, aku tau sekarang apa nanti...

Wednesday, June 14, 2006

Monster-Monster Kertas

"Duaaaa......rrrr." Serangan bertubi-tubi menyerang markas, alhasil beberapa hari ini, aku harus pontang-panting menyelamatkan apa yang tersisa. Gara-gara menghadapi serangan monster kertas ini pula, blog-ku jadi sedikit terabaikan, sory ya blog. O iya, aku lagi mencoba menjadi sedikit humanis nih, gara-garanya waktuku di depan kompie jadi banyak banget. Daripada aku berubah menjadi robot, aku milih banyak jalan di weekend, meski aku masih punya deadline lagi akhir Juni yang cuma bisa kugarap akhir minggu.

So Yut, how is life? A little bit rocking, but I can handle it. Lagi sibuk juga ngurus pendaftaran mendekati batas-batas akhir, abis.. aku rada males berurusan dengan masalah administrasi-administrasi gitu. Minta surat, cap, tandatangan, malah yang lebih kuatir kayanya ortu, pembimbing plus dosen wali. Duh, kapan aku dewasanya kalau gini terus? Aku juga ikutan pontang-panting sih, tapi kadang masalahnya juga berasal dari faktor eksternal. Ok, aku akan berhenti mencari kambing item, mending cari kucing item aja lucu. Apalagi malem hari, ketika yang keliatan matanya doang...

O iya, hari ini my best friend celebrate her 24th birthday. Happy birthday, Rin...

Hmm... ada kejadian apalagi ya? Ah iya, kasih warning: be carefull with coriousity, it can cause you into trouble. Jadi ceritanya, beberapa hari ini ada yang suka miscall ke hp malem-malem, karena penasaran, aku sms aja, dengan kata-kata: Hai. Just three letters, eh, tau-tau orangnya nelpon, trus bilang isi sms-nya mesra banget. Huaakkss... sejak kapan 'hai' jadi kata mesra. Udah gitu, nelponnya berlanjut lagi.

Awal-awal, aku masih baik, ngeladenin. Tapi pas nelpon lagi jam 1 malem, langsung bilang aku ngantuk, dan nutup telponnya. Gila, nomorku kan bukan nomor komersial yang 24 jam bakal ngasih jawaban. Udah gitu, orangnya ngga merasa bersalah sama sekali dan minta diperhatiin segala lagi. Masa dia bilang, "Eh, kamu koq ngga nanya keadaanku sih?" Huee.., hue...k, don't he have any better things to do? Instead calling my number. So, for this couples days, I think, I will turn off my handphone while the night coming.

Wednesday, June 07, 2006

KBBI

Huaa.... nyari definisi integritas susah banget. Ternyata full connected juga ngga membantu untuk memperoleh definisi itu. Parah, ternyata KBBI belum ada yang versi online-nya, dan ternyata selain di rumah, aku ngga bisa nulis. Ouw, I miss my compie very much. Temen yang minjem baru akan mengembalikannya besok, jadi selama seminggu belakangan, aku harus terlunta-lunta balik ke old diary. Nulis pake tangan, dan yang pasti belepotan banget.

Aku jadi teringat cerita tentang kang Beni yang cuma bisa nulis kalau menggunakan mesin tik. Kayanya cara kerja kepalaku juga punya sisi seperti itu, dan untungnya bukan mesin tik, tapi si kompie, dan suasana malam.

Ada yang tau definisi integritas?

Monday, June 05, 2006

Manusia-Manusia Penggoda

Parah, masa komen di blogroll-ku isinya tentang matematika semua. Kan, rencananya aku mau pindah jurusan. Mungkin bener kata orang, cinta pertama ngga pernah mati, jadi kalau ada yang ngomongin math, kupingku pasti langsung tegak(lha koq aku berubah jadi kelinci?). Trus tadi ketemu sama dosen senior di matematika, eh ditawarin mau dibimbing. Ceritanya menarik tentang pemodelan. Huaa... pemodelan itu salah satu cintaku di math. Soalnya banyak cerita serunya, dan si pembuat model memiliki kekuasaan untuk membuat narasi mengenai fenomena yang ada. Huaaa.... tutup kuping untuk sementara sampai aku beres mendaftar, baru deh bisa buka kuping lagi.

NB: Yuti yang mencoba untuk tidak tergoda

Thursday, June 01, 2006

Bolpen Merah

Huhuhu.. tulisan bolpen merahku ngilang, nulis ulang ngga mood. Intinya, aku jadi meriksa PR anak-anak.

Hihi... pake bolpen merah
Hihi... ngasih angka
Hihi... ternyata meriksa juga ada seninya
Hihi... rasanya keren sekali

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...