Thursday, June 15, 2006

Testi

Dalam rangka melanjutkan program studiku, aku berburu testi dari dosen. Judulnya sih rekomendasi, tapi aku lebih seneng menyebutnya testi. Langkah pertama, nanya bagaimana cara memperoleh testi ke pembimbing, trus sekalian ngasih form-nya deh, setelah dijelasin. Karena ingin tau, sekalian aja aku nanya.
Me: "Pak, rekomendasinya harus diamplop, ya? Saya ngga bisa tau dong."
Bpk: "Iya, Yut."
Me: "Wah, Pak, saya kan ingin tahu apa yang ditulis."
Bpk: (sambil ketawa)"Kamu ingin tahu aja sih, Yut."

Beberapa hari kemudian, pembimbingku nge-sms, bilang surat rekomendasinya udah bisa diambil. Trus perbincangan berlanjut.
Bpk: "Kalau di Amerika, setelah diserahkan, orang yang direkomendasikannya boleh melihat suratnya."
Me: "Ooo.., jadi nanti dikembalikan, Pak?"
Bpk: "Ngga, tapi kalau mau tau, bisa minta liat."
Me: "Apa bedanya dengan sekarang, Pak?"
Bpk: "Harus diserahin dulu baru boleh tau."
Me: "Kan, ini(sambil nunjuk amplop) jadi feedback Pak buat saya."
Bpk: "Ya udah, kalau nanti kamu udah diterima, nanti saya kasih tau(sambil senyum)."

Hihi... jadi teringat hipotesis teh dan susu yang ada di Gunung Pi, apa bedanya coba, aku tau sekarang apa nanti...

2 comments:

Anonymous said...

Yut, butuh testiku gak..?

(testi yg kaya di prenster kan hahahaha)

Cheshire cat said...

Huehehe... kan aku penasaran penilaian dosenku kaya gimana. Soalnya di form itu, ada penilaian tentang masalah kedewasaan, sikap, dan kemadirian. Padahal selama setahun bimbingan, kayanya aku rada-rada ancur, jadi aku pengen tau, pendapat beliau kaya gimana.

(Si Yuti versi narsis: "Boleh, Min, aku tunggu ya testinya, baik-baik semua kan?"

Yuti rasional: (Sambil ngejitak, Yuti narsis)"Dasar narsis"

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...