Lagu Fur Elise terdengar dari kantong celanaku..
Me: "Halo"
HP: "Ini Yuti yang mendaftar di Studi Pembangunan?"
Me: "Iya, betul."
HP: "Hari Sabtu nanti ada test masuk di SP, udah tau kan gedungnya?"
Me: "Lho, bukannya ada TPA?"
HP: "Iya, TPA kan waktunya pagi. Test studi pembangunan jam 1 siang, materinya umum."
Me: "Materi umumnya berkaitan dengan apa saja?"
HP: "Umum koq, tidak ada matematika."
Me: "Wah, malah bagus kalau ada matematikanya. Saya kan dari jurusan matematika."
HP: "Kalau itu nunggu kalau udah masuk SP aja, nanti ada ekonomi makro dan mikro."
Hmm... percakapan pagi yang lucu. Pagi itu rencananya aku mau mampir ke SP dulu, tapi ternyata telepon dari SP menyurutkan langkahku.
4 comments:
Selamat atas kelulusannya, dan segera belajar lagi...............
Yup, makasih Min... Nyemplung ke bidang ilmu gado-gado nih, dan ketemu makhluk model dan sistem lagi(kalau keterima)
Studi pembangunan? Itu ilmu yang gagal. Karena yang bangun hanyalah yang punya uang. Nah yang nggak punya uang sekarang nggak bisa masuk ITB kayak yuti kan?
Karena namanya studi maka keluarannya pun selalu dinamis, khususnya dalam tataran ideal.
Kalau masalah input ke ITB, memang benar, input sekarang bergeser ke masyarakat menengah ke atas, meski masih tetap ada jalur beasiswa yang memungkinkan siswa bebas dari SPP, tapi mungkin Anda akan bilang lagi, kalau untuk sampai pada standar yang layak untuk menerima beasiswa/diterima di PTN yang layak dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saya sepenuhnya sepakat, tapi saya juga pernah mewawancarai pengemis yang pernah ditawari kerja tapi menolak karena merasa kehidupannya sudah mapan.
Saya memang sedikit uthopis, tapi juga mencoba untuk realistis. Banyak yang mencoba menjual isu kemiskinan, tapi bagi saya hal itu bukan alasan untuk menjadi manja. Sebagai ilustrasi lihat budaya orang Indonesia dibandingkan orang-orang yang hidup di negara non-khatulistiwa.
Wah, mending diskusi nih, kalau mau japri aja ke y_ariani@yahoo.com.
Post a Comment