Mungkin itu istilah yang tepat untuk menggambarkan diriku. Seorang pengamat yang tak boleh mengusik tapi sekaligus bagian dari sebuah usikan. Huehe... trenyata ada istilah formalnya. Awalnya aku mencoba mencari posisiku dari arah jurnalistik, tetapi gambarannya tidak terlalu cocok, karena jurnalis memiliki narasi yang berangkat dari hasil rapat redaksi, sedangkan seorang pengamat biasanya datang dengan kertas kosong. Gambaran yang lumayan mendekati ada pada etnografer. Tentu saja, tidak sepenuhnya kosong, karena bagaimanapun peneliti pasti dibekali metode, tapi signifikansi metode itu lebih banyak tampak pada hasil pengolahan, dan bukan interkasi langsung di lapangan.
Pembahasan mengenai etnograf, kemudian berlanjut pada citra atas citra, yang larinya ke post-strukturalis. Parah, kuliah kadang benar-benar membuat cacing-cacing di kepalaku menari-nari tapi sekaligus mengancam kemanusiaanku. Mengancam karena aku tak mau kuliah untuk diam. Diam atas segala keadaan yang mengerdilkan arti seorang manusia tapi sekaligus menikmatinya. Pernah ngga sih merasakan menemukan identitas justru ketika berada di suatu komunitas yang begitu berbeda? Nah, kira-kira itulah keadaanku sekarang. Lebih matematika dibanding ketika kuliah di matematika.
Gara-garanya kalau ada sesuatu yang berbau angka pasti jatuhnya ke aku. Padahal matematika dan kalkulator adalah dua hal yang jauh berbeda(meski kalau baca sejarah kalkulator, punch card, komputer ada benang merahnya), apalagi yuti dan matematikawan, huehehe. Alhasil, aku jadi harus lebih aware terhadap isu-isu math, demi menjaga nama baik dan biar image tentang matematika keren.
So' ini adalah fungsi pemetaan yang salah f(angka) = matematikawan, f(matematikawan)=yuti.
4 comments:
"So' ini adalah fungsi pemetaan yang salah f(angka) = matematikawan, f(matematikawan)=yuti."
SEPAKAT!!!!
saya sekarang lebih menemukan diri saya di komunitas saya yang baru. Saudara betul sekali
huehehehe, yuti banget nih postingan :p
@Ipin: dan sampai sekarang aku belum tau fungsi pemetaan yang benarnya seperti apa
@septian: yup, perbedaan terkadang lebih bijak mengajarkan identitas dibandingkan, pelajaran-pelajaran yang mengajarkan identitas, nasionalisme dkk.
@yustika: huehehe juga, yuti baget yach? :D
Post a Comment