Thursday, May 31, 2007

Gone for A Month

Sebulan ke depan, aku bener-bener mau fokus ke kuliah pemodelan, LAPI, dan tuu...t(sensor:D). Jadi untuk sementara tesis, dan proyek bioenergi mau aku grounded dulu. Whuehue, kan grounded-groundedan merupakan strategi biar ngga kesetrum. So' biar semuanya bisa optimal, kayanya mending kaya gitu. Apalagi pengalaman sebulan kemarin yang rada kacau balau, rasanya semua ngga berjalan dengan baik. Ada beberapa orang yang udah kuhubungi tapi belum sempat untuk diwawancara, waktu di rumah juga jadi kebagi-bagi yang jelas, trus caraku menghabiskan weekend juga jadi amburadul.

Sayangnya perkalian aljabar ngga berlaku, ngga jelas x ngga jelas = jelas. Jadi kegiatan-kegiatanku yang serba ngga ada aturannya itu, ketika terakumulasi menjadi chaos. Aaaarrrgh!!! Sekarang aku milih jenis kerjaan yang mandiri aja deh...

Tuesday, May 29, 2007

Curiga

Mode GR: On

Kayanya dosenku nyasar ke blog ini...
Duh, penasaran... penasaran...
Gimana kalau ngaku aja?
Baaaaiikk deh...

Ada

Whoah, kuliah studi independen bener-bener mengingatkanku pada SKAU. Kangen juga ama masa-masa itu, terutama orang-orangnya. Mungkin karena di SKAU, pemikiranku udah didekonstruksi abis-abisan tanpa cukup dikonstruksi kembali, jadi kuliah sekarang lebih banyak main-mainnya, dalam arti jadi joker. Kan, biasanya joker atau tokoh lucu semisal Nasrudin bisa lebih diterima, daripada Plato? Atau malah Socrates yang mati karena memilih minum racun. Walah, akhir yang ngga happy end banget. Apalagi, memang ada teori yang bilang, pengetahuan yang diterima dalam kondisi gembira bakal lebih gampang dicerna. So' mari kita bikin suasana kelas jadi fun. Itung-itung refreshing abis kuliah sistem dinamik. Huaaah, kuliah yang satu itu bener-bener ngga cihui, abis kompleks banget, dan payahnya bagiku ngga menarik.

Kalau biasanya kucing yang jadi tokoh, sekarang giliran hantu. Hahaha, apa bedanya hantu ama dark matter coba? Apalagi sains tingkat tinggi dan dongeng hanya dibedakan oleh aktor pembawanya. Buatku yang senang berkhayal sih, bedanya tipis banget, liat aja di ceritanya Pullman yang menggunakan konsep dark matter untuk menjelaskan kesadaran.

Tadi di kelas, dongeng cukup seru untuk menjelaskan konsep ada, dan larinya ke konsep swa. Hmm... aku sih lebih senang menggunakan pendekatan tasawuf untuk menjelaskan berbagai konsep filsafat, khususnya mengenai keberadaan makhluk di bumi yang merupakan tanda-Nya. Karena tanda senantiasa merujuk pada selain dirinya, maka perujukkan yang terus menerus akan merujuk pada Sang Hakiki.

Monday, May 28, 2007

And The Theories Goes...

Fiuh... bermain-main dengan teori ternyata menyedot banyak konsentrasi juga ya. Dan sekarang teori-teori yang sedang aku ubek-ubek adalah masalah penyebaran pengetahuan. Dalam pemasaran, dan inovasi teori yang lumayan sering digunakan adalah difusi. Teori ini terinspirasi oleh fenomena fisis yang memungkinkan terjadinya perpindahan net dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contohnya seperti meneteskan tinta ke dalam wadah air, perlahan tinta tersebut akan menyebar. Dalam ilmu sosial, waktu tunda penyebaran net(entah itu pengetahuan, ide, artifak) disebabkan oleh berbagai faktor.

Ada lagi teori translasi. Teori ini menyebutkan bahwa penyebaran net dipengaruhi oleh proses negosiasi antara aktor-aktor yang terlibat. Dengan demikian prosesnya merupakan proses aktif, karena memungkin terjadinya perubahan dari pengetahuan awal. Buatku sih, translasi ini mirip dialektikanya Marx, yaitu proses tesis-antitesis-sintesis. Tapi kalau menggunakan empat langkahnya Callon, yaitu problematisasi, interresement, enrolment, dan mobilization, proses dialektikanya menjadi spesifik. Kalau dalam dialektika, kestabilan seolah tidak ada, karena tiap sintesis bisa direkonstruksi dengan memberikan anti tesisnya, maka dalam translasi kestabilan lebih menekankan pada relasi antar para aktor yang diikat dalam langkah mobilization. Ada lagi satu pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan penyebaran pengetahuan yaitu teori jejaring, tapi aku belum begitu ngerti.

Hubungannya denganku? Hehe, tentu aja, teori jejeraring aktor, translasi, atau difusi sangat asyik digunakan untuk menganalisa diriku sendiri. Secara kecenderungan minatku lebih banyak ditentukan orang-orang yang di seklilingku. Dan tentu aja, Mephisto boleh bangga, karena aku selalu teroda dengan pengetahuan-pengetahuan baru selama pengetahuan baru itu rapih secara logika. Dan belakangan mungkin relasi orang-orang yang ada disekelilingku mulai mempengaruhi cara pandangku secara etika. Hah, masa sih, bisa terpengaruh ama dia??

Friday, May 25, 2007

Mungkin

Mungkin...
Seharusnya tak kulakukan hal itu. Alih maju lurus, sebaiknya aku jalan memutar saja.
Lebih aman, dan tidak berbahaya.

Mungkin...
Pelan adalah kecepatan yang tepat.
Meski tepat tak memiliki satuan baku.

Mungkin...
Jeda perlu untuk kembali.
Totalitas sebuah diri.

I'm Back

Seminggu tanpa internet dan handphone. Hmm.. ternyata bisa juga, meski kalau secara mental ngga juga, soalnya kangen, huehehe. Dan kangen terhadap beberapa hal lain juga, selain kerjaan yang menumpuk karena aku tinggal seminggu. PR udah numpuk sampai tiga, kuliah ternyata dobel-dobel yang menyebabkan angka bolosku membengkak, dan tesis yang sebelum berangkat belum diberesin. Omong-omong tentang tesis, kayanya math-ku ngga ilang sepenuhnya, bahkan mengarah ke arah yang lebih asyik, yaitu analisis dan sedikit aljabar karena menyangkut konvergensi, translasi, dan sifat simetri. Waktu s1, untuk membuktikan bentuk diskrit konvergen ke persamaan diferensial, aku harus membuktikan bahwa bentuk diskritnya konsisten. Dalam ilmu sosial, konsistensi ini bisa diuji dari bentuk penerapannya. Aku masih nyari bentuk pemetaan-pemetaan yang lumayan rapih, tapi dari beberapa artikel yang udah aku baca, peluang untuk menggunakan konsep di math lumayan besar, dan landasannya logika. Teori yang lumayan nyambung, dari informasi, dan jadi nyambung ama konsep entropi di teori informasi. Hehehe, dunia ini emang kecil...

Monday, May 14, 2007

Detektif!

Whoaa... seru!!! Yup, penelitianku lebih berasa aura detektifnya dibandingkan kuliah. So, pasti jadi excited banget, meski beberapa hari ini, pikiranku jadinya banyak tersedot ke sana. Petunjuk-petunjuk yang aku susuri adalah pengetahuan, khususnya yang terkait dengan bioenergi. Jadi penelusurannya mulai dari biji jarak, sampai menjadi energi yang digunakan oleh masyarakat. Entry start penelitianku dimulai dari dosen dan laboratorium. Ini titik mula yang lumayan menengah, karena dari sana, aku menyusuri langkah-langkah yang dilakukan oleh dosen itu ke bagian kebijakan (DPR, Bapenas, dsb), dan bagaimana ia memperoleh pengetahuan yang kemudian disampaikan ke bagian kebijakan tersebut.

Dari satu orang aja, yang derajat keterkaitannya satu(memiliki relasi langsung) udah banyak banget. Belum lagi, yang memiliki derajat keterkaitan lebih dari satu. Kebayang kan jejaring relasi yang aku peroleh dari satu aktor. Sebenarnya sih, aku udah terhubung dengan dua orang dari 2nd degree dan 5th degree, tapi karena belum ada waktu yang cocok untuk bertemu, jadi belum bisa ditelusuri lebih jauh. Dan yeah, jadi berasa small world banget. Soalnya orang-orang bioenergi, itu-itu juga. Entah mulainya dari timnas BBN-lah, akademik, industri, pasti mereka memiliki derajat keterkaitan lebih dari satu(memiliki keterkaitan dengan aktor-aktor bioenergi lainnya).

Dalam analisa mengenai kekuasaan, banyaknya keterkaitan bisa untuk menjelaskan kekuasaan. DPR misalnya, memiliki derajat keterkaitan besar, karena ia mempengaruhi manusia-manusia yang ada dalam sebuah satuan tertentu--yang dalam kasus ini adalah negara. Aku ngga tau nih, bakal sejauh apa penelitianku. Konstrainnya benar-benar waktu. Targetku sih, minimal bisa mewawancarai 15 orang. Tapi males banget kalau diminta mentranskrip wawancara, kemarin aja tiap kali nyalain si kompie, lebih banyak main spider solitaire-nya. Abis mentranskrip, bener-bener pekerjaan ngga menantang(kecuali tantangan mengalahkan kemalasan tentunya;p).

Friday, May 11, 2007

Wawancara

Tadi abis wawancara, rasanya deg-degan juga. Padahal baru dua minggu yang lalu aku abis interview bagian marketing-nya Nagabonar Jadi 2, trus sebelumnya juga udah wawancara dosen Biologi, tapi waktu wawancara dosen bio ada pembimbing, jadi berasa anak TK yang masih diawasin, bwehehe. Untunglah narasumberku kali ini ITB banget, hihi, atau setidaknya mirip dosenku di math deh. Dan lagi-lagi aku dapat pertanyaan,"Koq, dari matematika masuk ke Studi Pembangunan?" Udah ada beberapa dosen yang menanyakan pertanyaan itu padaku, dan sampai detik ini aku ngga bisa jawab.

Mungkin gara-gara belum bisa ngelupain math, aku seneng banget bikin graf di paper-paperku. Sampai aku pernah diledekin, "Di pertanian, ngga ada graf." Well, menurutku sih tergantung, toh yang ada being bukan be. Jadi semuanya merupakan proses internalisasi kondisi menjadi sebuah gambaran di dalam otak, sehingga sifatnya menjadi sangat kontekstual, bergantung pada keterkaitan aktor-aktor. Tugas terakhir malah lebih ajaib lagi, karena aku pake konsep diagonalisasi Cantor untuk menunjukan konvergensi dari aktor-aktor yang terlibat. Visualisasinya lengkap pakai notasi 1+..+(n+1) untuk n elemen N(natural) dengan garis putus-putus diagonal. Hahaha, yuti..yuti.. kamu mau jadi apa sih?

Ngga tau, abis kadang dunia sosial itu crowded banget, sehingga aku jadi pengen bikin versiku sendiri. Parahnya, karena aku senang menggunakan abstraksi yang ada di math jadi anggapan orang modelku canggih. Mungkin gara-gara itu, aku seringkali terkena mistifikasi yang berdampak pada ekspektasi berlebihan. Aku sendiri merasa aku lebih banyak ditolongin orang lain, daripada karena faktor internal yang ada di diriku. Just a right person on the right place and the right time... but a copyleft lover.

Thursday, May 10, 2007

Narasumber

Sms belum dibales... Opsi 1: datengin aja ke labnya, 2. menunggu dengan tabah, 3. sms lagi. Kayanya aku milih yang pertama aja, abis menunggu dengan tabah bikin timbunan kerjaan lagi, dan kalau nge-sms terus menerus kesannya neror banget. Dari ngobrol-ngobrol dengan dosen-dosen lain, udah kebayang sedikit sih konstalasi kekuatan di ITB yang terkait dengan pengembangan bioenergi. Haiya, rumit sekali, banyak celah-celah yang ngga selinier penggaris, pun, ketika sama-sama berlabel ilmiah.

Jadi teringat pertanyaan mengenai sains, demokratisasi sains atau saintifikasi demokrasi? Dua-duanya seperti kepingan mata uang yang saling kait mengait. Kayanya aku udah mulai keracunan Latour deh. Kemarin sebagai bandingan, aku baca-baca juga Michel Callon, dan John Law, tapi pemikirannya mirip-mirip semua. Yang agak beda mungkin pemikirannya Arie Rip, yang kayanya lumayan Social Construction of Technology(SCOT), tapi aku koq kurang tertarik ya? Soalnya SCOT lebih melihat bagaimana teknologi dikonstruksi dan menimbulkan asosiasi negatif di kepalaku. Haha, mungkin itu hanya imajinasiku aja, yang ngebayangin SCOT tuh kebanyakan isinya kritik, dan ngga ada positif-positifnya acan.

Balik ke masalah sumber informasi, aku nemu milis menarik:timnas_bbn. Dari sana aku bisa mengikuti wacana(discourse) yang ada di dalam pengembangan kebijakan BBN skala nasional. Kalau dari langkah-langkah yang diambil, pendekatannya udah lumayan sistemik, dalam arti menggerakan departemen-departemen yang bersentuhan langsung dengan petani, konsumen, dll, tapi implementasi dari KepMen, Pokja, or whatever instrumen-instrumen hukum yang digunakan, aku ngga tau udah nyampe mana.

Tesisku bakal lumayan luas nih, tapi belum dapat entry point yang bisa diandalkan. Nanti siang kayanya aku harus mulai berburu ke TeKim...

Wednesday, May 09, 2007

Surat

Dinda, sudahkah kau memikirkan jawabannya? Meski aku berharap kau akan menjawab ya, tapi aku ingin kau bahagia. Jadi kalau kau tetap pada pendirianmu, aku akan bahagia untukmu, karena binar-binar hidup itulah yang membuatku jatuh cinta padamu.

Beberapa kali kubaca surat yang diberikan Rangga padaku sepulang sekolah. Ternyata ia masih tetap belum menyerah. Ugh, aku benci melihat tatapan matanya ketika sebelumnya ia mengutarakan perasaannya secara langsung. Dia tahu aku tidak akan tega untuk membuatnya terluka, aku terlampau menyayanginya. Tapi apakah karena itu, aku harus membohongi diriku sendiri? Ah, sudahlah, lebih baik aku mengerjakan PR saja.

"Hai, Di. Gimana?"
"Gimana apanya?" sahutku ketika Sofi menyapaku pagi itu.
"Jawaban kamu atas surat Rangga."
Hah, kenapa Sofi sampai tahu, seingatku aku belum cerita apa-apa. Melihat ekspresiku yang bingung, Sofi langsung melanjutkan, "Rangga minggu lalu cerita apa yang mau dia lakuin, trus sekalian aja aku semangatin." "Huu... dasar mak comblang orderan," sahutku gemas sambil mencubit lengannya. "Hehe, kan lumayan kalau nanti aku kebagian traktiran." Tak urung mukaku yang agak kusut sedikit cerah, senang karena sohibku itu tau bagaimana membuatku kembali ceria.

(Well, koq cerpennya jadi kaya gini ya..., haha, to be continue aja ah)

Makrooo...

Whoaaa, rasanya udah lama banget semenjak terakhir blank di depan kertas ujian, dan tadi waktu ujian makro kejadian lagi, hiks...hiks... kayanya hasilnya bakal ancur. Semester lalu sih yang ancur dapet ujian perbaikan, huhuhu, tapi ngebayangin dapet nilai jelek koq ngga asyik. Btw, kenapa blog ini jadi tempat curhatan kuliah ya? Seolah-oleh kehidupanku hanya kuliah aja, sedih banget ngga sih? Bikin cerpen aja kali ya. Udah lama juga ngga nulis fiksi. Iya ah, atau prosa aja...

Tuesday, May 08, 2007

Macet

Tesisku lagi macet, meski ngga tau apakah macet kata yang tepat soalnya bab I sampai bab VI udah jadi di kepala. Huehehe, kemarin iseng-iseng bikin konsepnya, dan udah lumayan terbentuk gambarannya, tinggal triangulasi untuk menguji validitas, dan concept defense di depan pembimbing. Ternyata enak juga bikin konsepsi pemikiran di mind map manager. Ide-ide yang ada di kepala bisa langsung dikait-kaitkan dan dimasukan dalam bab-bab yang kira-kira cocok. Pokoknya benar-benar bermain di dunia ide. Tapi payahnya kalau sesuatu udah jelas, jadi ngga menarik lagi, ngga enak untuk dikubek-kubek, dan kalaupun mulai nulis, itu artinya udah masuk ke kerja kotornya. Hmmmph, males... jadi nunggu bimbingan lagi aja kali ya. Minggu ini ngga bimbingan, minggu depan juga ngga, dan minggu berikutnya juga ngga. Jadi kalau mulai bimbingan lagi, semoga otakku udah fresh..

Monday, May 07, 2007

What An A!

Hihi, nilai semester 2-ku yang pertama udah keluar. It's an A. Nilai A yang kuperoleh dengan perjuangan berat. Bukan karena pelajarannya, tapi karena syarat-syarat untuk memperolehnya cukup ribet, terutama masalah absen dan jadwal yang berganti-ganti. Waktu S1, mungkin syarat-syarat itu aku tinggalkan saja. Dalam arti kalau bertentengan dengan prinsipku mengenai kuliah, biasanya aku ngga peduli hasilnya gimana. Tapi seiring dengan bertambahnya usia, aku makin mau kompromi dengan peraturan, dan juga nilai-nilai yang dimiliki oleh orang lain. Hah, ternyata rasanya seneng juga ketika aku membiarkan ego-ku mengalah dan memperoleh nilai penuh.

Friday, May 04, 2007

Kerja, Kerja, dan Kerja!

Berkala, inovasi, tesis, LAPI, dan semester baru. Yup, dari senin lalu aku udah masuk semester 3, semester terakhirku di S2. Wow, waktu benar-benar ngga terasa, tau-tau udah mau lulus lagi, dan aku sama sekali belum ada gmbaran mau ngapain. Sekarang sih ngejalanin apa aja yang harus kukerjain, tapi kalau semua itu berlalu, saatnya untuk menentukan langkahku sendiri. Pilihan yang paling menarik minatku sekarang adalah kuliah lagi, mungkin karena aku masih pengen belajar, mungkin karena aku belum siap kerja, tapi mungkin juga untuk bener-bener belajar mandiri.

Persiapannya? Tentu aja banyak baca, cuma karena kebanyakan baca, seminggu ini aku agak OD, jadi nyari buku fiksi. Baca Buku Of Men and Mice-nya Steinbeck sama sekali ngga membantu, soalnya sedih, begitu juga Teropong Cahaya-nya Pullman, fiksi yang terakhir adalah Nagabonar Jadi 2, yang baru kubaca sekitar 20an halaman.

Ditengah tumpukan-tumpukan kerja, masih sempat-sempatnya nge-blog, hehe. Hitung-hitung pelepasan. O iya, tadi pagi aku nanya lagi tentang open source, dan ngga sampai 10 menit udah dapet balesan dari 2 orang. Whooaaa, senangnya.

Thursday, May 03, 2007

Kesadaran

Sinkronitas, kalau dalam bahasa Dee. Yup, seminggu ini bacaan dan obrolanku banyak yang sinkron ke masalah kesadaran. Lucu juga, bagaimana buku fiksi bisa cukup dalam membahas masalah kesadaran. Meski melihat judul His Dark Materials, aku ngga begitu heran ketika ceritanya banyak muatan sains dan agamanya. Asal mula semesta, dark matter, dark energy, kesadaran, Otoritas, dunia paralel. Hmm..., melewati halaman demi halaman buku itu lumayan ngga membuat nyaman. Alhasil aku menggunakan mode membaca cepat, terlalu banyak kelebatan pikiran yang melintas ketika membacanya.

Hal lain yang mengarah pada kesadaran adalah bimbingan. Meski menurutku, bimbingan itu cuma label, huehe, abis isinya lebih banyak ngobrol antah berantah. Kemarin malah nyasar masalah eksistensi, being, be, ontologi, pengetahuan segala. Tapi masuk ke ranah sosial emang aneh sih, batas antara dosen dan mahasiswa lebih cair, dalam arti ngga ada dominasi pengetahuan.

Dulu waktu masih banyak bermain di wilayah eksak, aku sering diledekin, apa bedanya dongeng ama teori fisika kuantum? Toh, aku sama-sama ngga bisa membuktikan kebenaran(atau kesalahan) dari keduanya. Statusnya dalam kapasitas pengetahuanku sama-sama conjecture. Kalau di sosial, karena banyak konstruksinya maka kekuatan validitas terletak pada sumber rujukan, dan karena itu posisi dosen-mahasiswa bisa lebih simetris, meski otoritas kekuasaan tetap dipegang ama dosen. Dalam arti, kalau aku punya ide tapi belum dapat restu atau tdak bisa meyakinkan dosenku, maka bisa jadi tesisku mandek. Gara-gara itu, kemarin aku bilang, bimbingan itu fungsinya seperti posisi pemerintah dalam memberikan otoritas. Dosenku cuma bisa mesem-mesem aja.

Beberapa kemajuan: narasumberku udah ngebales sms, ternyata beliau lagi sakit(semoga lekas sembuh Pak), kata-kata yang bikin sakit kuping;p yaitu epistemik kultur ngga akan digunakan dari awal, jalan pikiran pembimbingku udah lumayan konvergen dengan logical framework yang ada di kepalaku, trus udah ngerti juga kalau aku bete kalau janjian tapi harus nunggu dan yang terakhir, ketemu lagi ama kata konvergen. Wah, kalau judul tesisku ada kata konvergensinya cihui juga, artinya S1 dan S2 sama-sama ngomongin masalah konvergensi dari sudut berbeda. Mungkin uji konsistensi(yang diperlukan untuk membuktikan konvergensi) yang ada di math punya wujud lain juga di sosial:)

What I've Done

In this farewell,
There’s no blood,
There’s no alibi.
‘Cause I’ve drawn regret,
From the truth,
Of a thousand lies.

So let mercy come,
And wash away…

What I’ve Done.
I’ll face myself,
To cross out what I’ve become.
Erase myself,
And let go of what I’ve done.

Put to rest,
What you thought of me.
While I clean this slate,
With the hands,
Of uncertainty.

So let mercy come,
And wash away…

What I’ve Done.
I’ll face myself,
To cross out what I’ve become.
Erase myself,
And let go of what I’ve done.

For What I’ve Done

I'll start again,
And whatever pain may come.
Today this ends,
I’m forgiving what I’ve done.

I’ll face myself,
To cross out what I’ve become.
Erase myself,
And let go of what I’ve done.
What I’ve done.

Forgiving What I’ve Done.

(Linkin Park)

Tuesday, May 01, 2007

Waktu

Ada banyak perumpamaan, ataupun kata-kata bijak yang menyinggung waktu. Bahkan Alan Lightman membuat buku khusus untuk memuja waktu. Aku sendiri kayanya lebih sering dikejar-kejar waktu, daripada menikmati waktu, hehe. Ada asyiknya, karena aku jadi lebih rajin ngerjain tugas-tugas sebagai konsekuensi ngga bisa ngatur sendiri kepadatan jadwalku jadi harus antisipasi, tapi payahnya jadi kaya orang yang dikejar-kejar setoran. Dengan ritme kaya gini, ngga kebayang kalau proyek udah berakhir, bakalan kaya orang linglung kali ya? Tentu saja masih ada tesis, dan beberapa kuliah, tapi bebannya dikit (banget). Bikin novel aja kali ya?

Ngomong-ngomong tentang novel, aku jadi membayangkan hidupku pasca lulus. Kayanya ngga kebayang kerja kantoran kaya proyekku yang sekarang. Maunya sih punya cukup kebebasan untuk ketemu banyak orang dan daerah baru. Profesi dosen lumayan cocok, tapi kalau sampai harus mengejar di depan kelas kayanya aku bikin avatar hologram dulu deh, atau jadi penulis, entah itu yang fiksi maupun non-fiksi.

Sebelum itu harus lulus dulu. Lumayan sekarang ada tim yang akan mempercepat tesisku. Temen diskusi pun nambah, huehehe, kan kalo kebakaran semuanya akan berjalan dengan lebih cepat, tentu aja dengan asumsi ngga ada yang gosong duluan.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...