Wednesday, May 09, 2007

Surat

Dinda, sudahkah kau memikirkan jawabannya? Meski aku berharap kau akan menjawab ya, tapi aku ingin kau bahagia. Jadi kalau kau tetap pada pendirianmu, aku akan bahagia untukmu, karena binar-binar hidup itulah yang membuatku jatuh cinta padamu.

Beberapa kali kubaca surat yang diberikan Rangga padaku sepulang sekolah. Ternyata ia masih tetap belum menyerah. Ugh, aku benci melihat tatapan matanya ketika sebelumnya ia mengutarakan perasaannya secara langsung. Dia tahu aku tidak akan tega untuk membuatnya terluka, aku terlampau menyayanginya. Tapi apakah karena itu, aku harus membohongi diriku sendiri? Ah, sudahlah, lebih baik aku mengerjakan PR saja.

"Hai, Di. Gimana?"
"Gimana apanya?" sahutku ketika Sofi menyapaku pagi itu.
"Jawaban kamu atas surat Rangga."
Hah, kenapa Sofi sampai tahu, seingatku aku belum cerita apa-apa. Melihat ekspresiku yang bingung, Sofi langsung melanjutkan, "Rangga minggu lalu cerita apa yang mau dia lakuin, trus sekalian aja aku semangatin." "Huu... dasar mak comblang orderan," sahutku gemas sambil mencubit lengannya. "Hehe, kan lumayan kalau nanti aku kebagian traktiran." Tak urung mukaku yang agak kusut sedikit cerah, senang karena sohibku itu tau bagaimana membuatku kembali ceria.

(Well, koq cerpennya jadi kaya gini ya..., haha, to be continue aja ah)

5 comments:

Anonymous said...

Ha..ha..ha cerpen apa cerpen ???

Sahabatmu selalu

Cheshire cat said...

Tentu aja cerpen, labelnya juga di fiksi. Cuma terinspirasi ama kejadian bener apa ngga, itu persoalan lain lagi:D

Budhiana said...

ha..ha...antara cerpen dan cerben (cerita beneran)

Anonymous said...

Kenapa tokohnya nggak cinta aja? kan jadi kelanjutannya AADC gitu deh...;))

Cheshire cat said...

@kang budhi: cerita aja, ah, biar netral:p

@donny: nama cinta-nya udah diambil oleh sinetron Cinderella:D

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...