Monday, August 27, 2007
Bukan Spam
Tempat : Aula Timur ITB
Waktu : 08.30-16.00
Pembicara : Bambang Sugiharto, Chand Parwez, Nirwan Arsuka, Seno Gumira, Yasraf Amir Piliang(moderator), Ariani Darmawan, Joko Anwar, Slamet Rahardjo, Bakri, Indra BS(moderator).
Acara terbuka untuk umum, dan gratis.
Friday, August 24, 2007
Deadlock
Lagi macet nih. Sebelum riset lapangan, aku udah bikin gambaran keseluruhan, yang aku partisi jadi pertanyaan-pertanyaan empirik untuk narasumber. Sekarang partisi-partisi itu sudah lumayan terisi, dan gambaran dari hasil wawancara udah lumayan kebayang, tapi aku jadi sedikit kehilangan arah. Pertama, karena hipotesis awalku ngga meleset awal dengan hasil wawancara(yang merepresentasikan kondisi riil), dan yang kedua adalah karena aku ngga tau lagi mau diapain. Model? Well, tinggal baca beberapa buku, referensi kemudian lakukan hibridisasi, jadi deh. Tapi kalau gitu doang, apa gunanya, cuma nyumbang model yang nantinya akan berdebu di perpustakaan. Bener-bener bayangan yang suram.
Jejaring Aktor: Kasus Acara Film
Fyuuhh H-4, dan ketegangan pun meningkat. Di sisi lain, sudah ada beberapa pihak yang memberikan kepastian dana, memasukan makalah, dan kemajuan-kemajuan teknis di hari H, jadi meski sedikit tegang, sibuk muter-muter
Well, sebagaimana fenomena sosial lainnya, analisa menjadi menarik saat terjadi krisis. Krisis ini terjadi ketika salah seorang narasumber menyatakan tidak bisa hadir. Persiapan pemasangan spanduk, penyebaran undangan, dan yang terutama menyiapkan pembicara pengganti yang kurang lebih dapat menyampaikan materi dengan tema serupa menjadi urgen. Dari sana mulailah penelusuran relasi-relasi yang dapat memberikan no kontak yang diinginkan. Target pertama memiliki derajat keterpisahan dua, itupula dihubungkan dengan orang yang baru minggu lalu aku kenal. Sedangkan target lainnya memiliki derajat keterpisahan 3. Yang pertama Rini, yang kedua mba Maria(super helpfull dan very sweet), dan baru yang terakhir baru targetku, salah seorang wartawan senior Kompas. Kedua target memberi tanggapan positif atas acara ini, meski karena pemberitahuan yang mendesak, salah seorang sudah menyatakan tidak bisa hadir, dan yang satu lagi BERSEDIA, hipiii.
Kuat lemahnya relasi juga bisa dilihat dari besarnya kepentingan, dan perantara yang ada. Dalam acara ini, perantara yang terlibat adalah dana, dan makalah. Dana dan makalah menyatakan kepentingan pemberi sponsor/pembicara dalam mendukung acara ini. Kesimpulannya, yang paling cepat mengumpulkan makalah adalah yang memiliki kepentingan paling besar dalam acara ini, huahaha. Ngga ding, masalah pemenuhan tenggat bisa juga dilihat dari jejaring yang melingkupinya.
Ketika salah seorang narasumber memiliki akses ke SDM, maka ia bisa mendelegasikan kepentingannya pada aktor lain, sedangkan ada juga aktor yang membuat makalahnya sendiri, dan memiliki antrian makalah-makalah lain. Kalau menggunakan sistem dinamik, relasi ini bisa digambarkan dengan tanda positif-negatif. Akses ke SDM dilambangkan dengan tanda negatif, sedangkan relasi dengan aktor-aktor lain yang juga meminta makalah sebagai tanda positif.
Wednesday, August 22, 2007
Kopi
Entah sejak kapan hal itu menjadi bagian dari kesehariannya. Dulu, semuanya masih terkendali. Tak pernah ada kata terlalu, atau kehilangan. Hanya selingan yang cukup menyenangkan, itu saja. Ia lupa selingan bisa berubah menjadi biasa lalu mewujud jadi istimewa. Ah, semuanya hanya membuat hidup kian rumit, seakan tanpa istimewa itu hidup belum cukup rumit.
Pilihan-pilihan menunggu untuk diputuskan, meski nanti masih menjadi teman akrabnya. Teman yang kadang harus diabaikan ketika berbagai urusan mendesak menuntut untuk diselesaikan. Bila itu terjadi, ia hanya menyerahkan hatinya pada keabadian sang waktu dan berharap semuanya mengukirkan kisah yang menyenangkan. Ia belum mau menyerah menghadapi dunia yang kadang menyebalkan, dan menunggu untuk diabaikan. Ia masih punya sejuta mimpi, yang tidak mau diakhiri.
Kadang... ia ingin kembali pada selimut merahnya. Meringkuk dari dunia, dan mengatakan ia mau kembali saja pada imaji. Seperti dunia fantasi yang ia temukan dalam buku-buku yang menghiasi raknya. Tapi tak urung, ia imbangi juga fantasi dengan pahit. Dalam kisah-kisah Bumi Manusia, Rumah Kaca ataupun Gadis Pantai. Buku dengan rasa kopi. Pahit. Tapi tak membuatnya urung untuk membacanya hinga tamat, meski dengan beberapa jeda untuk bernafas.
Pahit dan istimewa. Ia baru tahu bahwa paduan itu mungkin.
Tuesday, August 21, 2007
Catur
Kadang…
Untuk mendapatkan kata ya seperti bermain catur
Mencari celah dengan peluang terbesar
Itupun tak dapat menjamin pasti
Peluang lompatan sang kuda
Perdana menteri dengan langkah lebar
Atau langkah perlahan pion
yang kadang harus mati
Demi menangkap benteng, miring atau petinggi lainnya
Mungkin itulah nasionalisme?
Kecil harus mengalah demi kejayaan Republik putih/hitam
Sunday, August 12, 2007
Sebab-Akibat
Sebuah sms mengejutkannya siang itu. Kejutan yang membuatnya tak dapat membalas seketika. Antara ingin tertawa dan sedih. Separah itukah tingkat ketidakpercayaannya? Kesadaran itu saja sudah membuatnya cukup terpukul. Apalagi bukan kali ini saja ia memperoleh pertanyaan serupa. Tak ada asap kalau tak ada api bukan? Tapi dimana api timbul, siapa yang membakarnya?
Setelah berhasil menenangkan diri, dan menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata menyakitkan, ia bertanya kenapa? Ia ingin semuanya terbuka. Penjelasan yang dapat sedikit mendinginkan hatinya yang terbakar oleh perasaan tak dipercaya. Sebegitu parahkah perbedaan bahasa yang mereka gunakan, hingga tak ada pengertian. Tak ada jawaban.
Tadinya ia ingin bertanya kepada seseorang lagi. Nama yang sering muncul dalam pertanyaan. Tapi ia tak ingin semuanya mengeruh. Apalagi kalau muncul omongan yang dapat menjelekkan. Ia masih mempertahankan apa yang tersisa, entah untuk dia, entah untuk dirinya sendiri. Ia makin gamang.
NB: Payah, berasa nonton sinetron.
Thursday, August 09, 2007
Ketika Chaos Merindukan Order (2)
“Karena itu kau ingin buru-buru?” Pertanyaan itu membuatnya tertegun. Berbagai kilasan kejadian seolah-olah menuntut untuk dibanding, meski cara itu sudah lama tak digunakannya. Tiap orang unik. Begitulah yang diyakininya selama ini, dan haruskah pertanyaan itu mengubahnya sekarang?
Perbandingan. Kuantifikasi, angka-angka. Tapi manusia dengan manusia, mungkinkah ada parameternya? Rujukan yang akan disepakati tiap orang yang membaca? Ia masih meragukan hal itu. Keraguan yang menyebabkan pikirannya membuat putaran-putaran umpan balik tak henti. Tak harusnya ia membandingkan, pun meski ia membenci keadaan setengah mati. Akal sehat yang selama ini biasa ia gunakan ketika menghadapi suasana tak terduga, seolah berhenti, rusak. Rangkaian ketidakpastian yang terakumulasi telah membuat sistemnya tak berfungsi, menyisakan aura negatif tiap kali ada ketidakpastian baru.
Bahkan jiwa yang telah tertukar dengan pemujaan terhadap rasa ingin tahu tak dapat lagi membantu. Saat ini ia hanya ingin semua disudahi. Segera. Karena ia lelah menghadapi janji-janji tanpa ada kepastian, kata-kata penuh kepentingan, dan tarik menarik yang membuat lelah. Ia rindu pada tulus yang membuatnya mampu melakukan apa saja, bahkan sekelas buku-buku teks tingkat lanjut hanya untuk menunjukan bahwa ia telah berusaha dan bisa cukup membuat bangga.
Baginya teori hanya permainan. Tak lebih atau kurang. Permainan yang harus mengikuti aturan-aturan tertentu, agar tak terjadi kekacauan. Sinar mata penuh kehangatan, pemahaman tanpa kata jauh lebih penting, daripada berbagai teori yang dapat membuat seorang terangguk-angguk bahkan tanpa mengerti apa yang dibicarakan hanya agar disebut canggih.
Ia merindukan itu semua...
Monday, August 06, 2007
Back to The Office
Friday, August 03, 2007
Tjap Gadjah
Waktu awal mengerjakan tugas akhir, aku sempet didiemin ampe 15menit gara-gara lupa konsep kalkulus. Dan kalau udah berhadapan dengan hal-hal prinsipil gitu, pembimbingku lumayan tegas. Jadi sambil mikir, panik, dan serem juga karena pembimbingku sama sekali ngga ngomong. Kayanya aku mending dimarahin deh, daripada didiemin, abis kalau udah diem kan jadi bingung, tapi lebih mending lagi, dibaikin aja, hehe.
Nanti siang ada wawancara lagi ama orang industri. Meski tadi pagi udah wawancara, tetep aja serem kalau menghadapi orang baru. Seremnya di awal aja, kalau udah mulai biasanya otakku jadi rada baik untuk berimprovisasi.
O iya tadi lucu, setelah wawancara yang juga lucu, orang yang aku wawancarai nelpon nanyain aku tau nomor beliau dari mana. Well, ada yang bilang "A secret makes a woman, woman." Menurutku kata-kata itu ada benernya juga :)
Wednesday, August 01, 2007
Jakarta
Matahari yang belum lagi tampak
Mobil yang berlari menyusuri jalan
Menuju Jakarta
Jakarta, here I come..
Untuk Papa
Papa … Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat Tapi jasa papa tetap melekat Hangat itu tetap mendekap ...