Sebuah sms mengejutkannya siang itu. Kejutan yang membuatnya tak dapat membalas seketika. Antara ingin tertawa dan sedih. Separah itukah tingkat ketidakpercayaannya? Kesadaran itu saja sudah membuatnya cukup terpukul. Apalagi bukan kali ini saja ia memperoleh pertanyaan serupa. Tak ada asap kalau tak ada api bukan? Tapi dimana api timbul, siapa yang membakarnya?
Setelah berhasil menenangkan diri, dan menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata menyakitkan, ia bertanya kenapa? Ia ingin semuanya terbuka. Penjelasan yang dapat sedikit mendinginkan hatinya yang terbakar oleh perasaan tak dipercaya. Sebegitu parahkah perbedaan bahasa yang mereka gunakan, hingga tak ada pengertian. Tak ada jawaban.
Tadinya ia ingin bertanya kepada seseorang lagi. Nama yang sering muncul dalam pertanyaan. Tapi ia tak ingin semuanya mengeruh. Apalagi kalau muncul omongan yang dapat menjelekkan. Ia masih mempertahankan apa yang tersisa, entah untuk dia, entah untuk dirinya sendiri. Ia makin gamang.
NB: Payah, berasa nonton sinetron.
5 comments:
Wah kemarin baru lihat kaos anti sinetron.Angle cerita ini,orang pertama atau ketiga sih?
Orang ketiga... Kalau ngga salah ingat dalam penulisan fiksi, ada yang namanya angle ketiga serba tahu, jadi penulis memiliki hak untuk menjelaskan perasaan orang ketiga...
memang lebih enak kalo semuanya serba jelas dan terbuka, tapi mana ada yg seperti itu di dunia nyata (khususnya di SP?) he...
seperti yg Yuti bilang, yg ada serba chaos dan slg berbenturan. Hm... semangatku makin lama makin turun nih, kudu di-charge lagi :)
Wah,klo gitu namanya sudut pandang orang keempat namanya ;)
Ga semua hal bisa dijelaskan dengan asas kausalitas,ah.
Nyebut sinetron,yg keinget,"jreng2,jreng2,jreng2". Maksudnya,adegan yang kameranya berulang-ulang
ini bukan 'ti, blog yang kamu ceritain kemaren?
-yk-
Post a Comment