Friday, September 28, 2007

Math ke SP

Kemarin dapat lagi pertanyaan, koq dari matematika pindah ke SP? Gimana ya, kalau lagi beres sih biasanya pertanyaan itu aku jawab dengan becanda, entah karena gedung math deket dengan SP, entah karena dulu memang aku banyak berkecimpung dengan dunia sosial lewat pers kampus, atau jawaban-jawaban lainnya. Tapi kalau lagi ada masalah, pertanyaan itu juga jadi bermasalah. Sampai saat ini aku belum bisa menjawab pertanyaan itu dengan benar. Satu-satunya penjelasan secara historis adalah karena pembimbing math-ku bilang di SP, math-ku bisa berkembang. Well, hal ini kemarin jadi bahan joke juga dengan pak rektor yang baru mulai nyaman dengan interview saat acara menginterogasi aku.

NB: dalam kacamata Yuti semua orang jadi lucu

Thursday, September 27, 2007

Kemana ya?

Hmm... arah tesisku makin ngga jelas aja. Mungkin gara-gara mencoba mengakomodasi dua kepentingan, tapi akhirnya malah ngga fokus. Akhirnya aku ambil jalan pinggir aja, ngga mau yang tengah. Udah gitu pakai metode gerilya, yaitu tiap responden dihadapkan pada sisi yang berbeda. Hasilnya lumayan juga, ditambah gado-gado dari berbagai narasumber.

Awalnya mau melihat kebijakan mengenai pengembangan bioenergi, eh, kian ke belakang malah nyangkut ke masalah triple felix. Yup, 3 kucing yang berantem dalam satu karung. Secara konsep itu jadi semacam obat mujarab untuk memecahkan segala persoalan yang ada. Otomatis jadi kehilangan makna. Sama juga seperti jarak yang dianggap seperti tanaman mujarab untuk mengatasi kelaparan, kemiskinan dan pengangguran. Tapi kalau baca buku Ong Hok Ham, Thee, dan beberapa buku sosial politik tentang Indonesia lainnya, kayanya masyarakat Indonesia memang suka dengan yang ajaib-ajaib dan labeling. Salah satu buku yang beken membahas masalah ini adalah Manusia Indonesia-nya Mochtar Lubis.

O iya, tadi abis ditelpon ama rektorat, janjian interview pak Rektor...

Tuesday, September 25, 2007

Peneliti Jilid 2

Ada yang bilang, tipikel orang yang tidak terstruktur terdiri dari 3 kelompok: wartawan, seniman dan orang gila. Menurutku sih ditambah satu lagi: peneliti. Lihat saja Nash, atau Dr. Octopus di Spiderman, dan dengan gayaku yang suka mencampuradukan fiksi dan fakta, aku juga termasuk kategori orang-orang yang tidak terstruktur. Well, tapi seperti kata orang bijak, tak ada yang namanya anti secara mutlak, hingga anti-matter pun akhirnya memiliki makna ketika ada matter. Nah lho, nyambungnya jauh bangeet...

O iya, aku mau cerita tentang orang yang terakhir kuwawancara. Ternyata beliau juga anak seorang peneliti. Jadi selain jenis rambut, warna kulit, dan berbagai ciri genetis lainnya, ada hal-hal sosial yang juga diturunkan. Hal ini bisa dijelaskan menggunakan konsep sosial sih, bukan sesuatu yang baru, tapi menarik juga melihat tipikel-tipikel orang.

Hah... dasar orang matematika, senangnya melihat pola. Pernah juga suatu kali, aku lagi bareng dosen math-ku pas ada workshop. Nah, kami mengamati pola pemeriksaan di hotel-hotel. Dari beberapa kali penghentian, ternyata orang yang dikenal tidak diperiksa oleh detektor. Padahal dari penelitian, mayoritas kejahatan dilakukan oleh kerabat. Dengan becanda, aku langsung bilang ke dosenku, "Wah, pak, kalau bawa bom dititip ke mobil orang yang dikenal itu aja ya" sambil nyengir yang langsung disambut dengan tawa. Huehehe... harusnya penjaga itu belajar dari statistik.

Monday, September 24, 2007

Tuesday, September 18, 2007

Monday, September 17, 2007

Tesis

Bagaimana tesis? Fyuuh, kemanapun aku melangkah tampaknya pertanyaan itu tak pernah lepas. Mungkin aku perlu boneka yang bisa memberi jawaban untuk semua yang menanyakan serupa, dan aku kembali ke default awal, jangan bergantung pada satu orang. Hasilnya aku mulai mencari masukan-masukan dari orang lain, yang kian melebarkan tesisku. Sederhananya aku bikin beberapa kuadran, kemudian mengklasifikasikan kuadran-kuadran dan mengkategorikan fenomena yang aku lihat ke dalam klasifikasi tersebut.

Pertanyaan standar lagi: macet dimana? Mungkin karena aku ngga mood, dan .... well, aku ngga mau menyalahkan siapa-siapa, cuma kadang jalan sendiri bisa bikin moodku ancur banget. Bawaannya bete, dan jadi males ketemu, mana ekspresiku gampang banget kebaca.

Sebagai intermezo aku menemukan pola baru dari para narasumberku yang suka membalas sms dengan menyebut namaku dulu: Yuti. Ada beberapa yang gaya membalas sms-nya kaya gitu, ada juga yang ngucapin selamat pagi segala, seneng aja sih, tanpa alasan yang jelas. Mungkin gara-gara jadi keinget pembimbing S1-ku...

Friday, September 14, 2007

Puasa

Menahan hawa nafsu, termasuk harus sabar menghadapi internet yang lemot banget. Pengennya bisa ditarik-tarik biar bisa rada cepetan, huehehe. Dan hasilnya benda mati(komputer) mempengaruhi manusia. Duh, si Yuti mau-maunya dipengaruhi oleh kompi, hehe.

O iya ngomong-ngomong tentang studi sains dan teknologi, aku jadi ingat rapat kemarin. Terjadi perbincangan serius mengenai subjektivitas dan metode ilmiah. Well, aku jadi teringat ketika belajar tentang sains dan agama dulu, banyak banget pertentangannya. Mulai dari fisika modern, kompleksitas, chaos, order, dkk. Trus kemarin aku juga udah menyerahkan tulisanku tentang kualkulasi, modulasi dan perebutan kekuasaannya Bourdieu sambil nyelipin pemikirannya Capra. Kata pembimbingku aku boleh make Capra buat tesis. Sipirili, akhirnya tesisnya jadi lumayan personal juga. Kemarin-kemarin udah sempet bosen dengan energi, dan ANT yang menurutku rada anti-humanis. Tinggal membuat Capra 'ilmiah' aja, soalnya di kalangan scientist, Capra malah dapet julukan kelompok New-Age. Huahaha, ngga jauh-jauh deh dari fisika. Kalau kemarin, masih seneng menggunakan Watts, sekarang Capra.

Trus dapet ide juga nulis tentang matematika dan komunitas ilmiah, atau antara seni dengan objektivitas. Huaaa.... berasa deja vu.

Tuesday, September 11, 2007

Petapa

Lagi bertapa dulu untuk sementara. Sapa bisa lewat bit-bit maya, atau juga suara. Menulis berbagai teori yang ternyata tak semudah bayangan, juga mengendapkan segala yang tersimpan. Semoga bisa cepat, tapi lebih penting lagi, tak sekadar menjadi catatan normatif. Interaksi perfeksionis, pemimpi, dan juga waktu...

Saturday, September 08, 2007

Cinta

Memang hanya sebuah cerita, dari sebuah buku biasa. Meski demikian kata-kata itu mampu membuatku hanyut dan membuat susut mataku menghangat.

Cinta berarti melepaskan, jika itu berarti membahagiakan
Meski telah tiada
Atau hanya tinggal bayangan

NB: penghormatan untuk Severus Snape

Monday, September 03, 2007

Lama

Lama tak menyapa. Bukan karena tak baca. Tapi entah kenapa jadi susah dibuka. Banyak pula kegiatan di darat. Membuat maya kian tiada. Namun entah, tetap tak terasa ada yang tak biasa jika belum menumpahkan kata.

Ah, ada apalagi ini? Kegiatan film kemarin membuatku kembali terpesona pada budaya. Ranah yang sudah lama tak kujamah, dan seolah menjadi asing. Ternyata aku tak lupa, dan tak bisa lupa. Apalagi sudah lama aku tak bimbingan, hingga pengaruh budaya kian mengental.

Aku jadi kembali membaca habitus. Kemarin sempat sedikit ngobrol tentang konsep ideologi Althusser. Wah, aku jadi teringat masa-masa itu, seperti menurut GM, "kiri itu seksi." Sudah lama sekali, 8 tahun lalu...

Serius

“Asal serius”
Ia tahu ia telah dimengerti…
Ia berharap ia telah dimengerti...
Ia menggantungkan harapan pada kata yang terucap begitu saja, tanpa peduli apakah kali ini semuanya akan berbeda atau tetap sama...

Aku lupa kapan terakhir kali aku bertemu tatapan seperti itu. Antara harap, peduli, apatis, dan sinis. Keputusan yang diutarakannya pada suatu senja yang tak biasa. Saat aku tengah mencari narasumber untuk wawancara yang sama sekali tak terencana. Tapi dunia ini memang tak selalu berjalan dengan cara terduga, kejutan-kejutan senantiasa hadir penuh warna, entah suram atau ceria.

Aku tak tahu apakah aku mengerti
Aku berharap aku bisa mengerti
Aku hanya mengerti langkah ini bukan yang terakhir

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...