Wednesday, February 20, 2008

Ia

Matanya tak lepas dari memperhatikan waktu berjalan. Dalam hitungan jam, seseorang akan datang untuk meminang, padahal hatinya masih ragu dengan keputusan yang telah ia buat beberapa bulan silam. "Mungkinkah aku melepas segala kebiasaanku dan memenuhi apa yang dia mau?" pikirany kalut. Gambaran-gambaran yang dulu terbayang seolah ingin menariknya dari ruang rias, dan waktu menjelang statusnya yang baru. Ia ingin melarikan diri.

"Ve?" ibunya menahannya ketika ia keluar dari ruang rias.
"Iya, Bu?"
"Mau kemana kamu, nanti terlihat orang lho, kan belum saatnya kamu keluar. Lagipula dandanan kamu bisa rusak semua."
"Ve mau ke kamar mandi."
"Aduh, anak ini, kan tadi ibu udah bilang kalau abis dandan kamu ngga boleh kemana-mana. Ya udah sana, cepet. Nanti ibu minta tante Nunung untuk merapihkan dandanan kamu."
Dengan melangkah kecil karena tersangkut kain yang super ketat, Ve mulai melihat kondisi rumahnya. Semuanya nyaris berubah total. Bunga-bunga putih, makanan, orang lalu lalang. anggupkah ia menerima kemarahan dari mereka semua, hanya karena kebimbangannya?

[bersambung]

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...