Ia tahu keputusan ini akan mengubah segalanya. Tidak ada jalan kembali, tidak untuk kali ini. Setidaknya tak ada yang bisa lebih buruk dari apa yang kulakukan dulu, ujarnya memantapkan hati. Sekali ini bukan lagi tentang dia, tapi tentang dirinya sendiri. Perasaan bersalah itu menggerogotinya seperti penyakit, dan meski kini ia telah tiada, ia berjanji untuk tidak akan mengecewakannya lagi.
Dengan langkah tersendat ia berjalan ke mobil menuju tempat yang dulu tak ia kira akan disinggahinya lagi. Rumah yang menjadi mimpi buruknya bertahun-tahun ini. Ia harus menyelesaikan apa yang dulu pernah tertunda dan ternyata telah merenggut orang yang palng dikasihinya.
"Tok..tok," ketuknya sambil menyadari tak ada yang jauh berubah dari rumah itu dari kunjungannya terkahir kali.
"Kau...," sebuah wajah dengan ekspresi terkejut menyapa di pintu. Kesunyian itu tak berlangsung lama. Raut terkejut dengan segera berubah menjadi amarah.
"Mau apa kau datang ke sini. Setelah membuatnya memberontak dan merenggut nyawanya, berani-beraninya kau datang ke sini...." lanjutnya dengan nada tinggi.
Ingatan malam itu datang tanpa bisa ia cegah. Pertengkaran karena dia hendak bertemu dengan orangtuanya yang tak pernah menyetujui hubungan mereka. Sikapnya yang kala itu tegas menyatakan larangan, kemudian kecelakaan yang dia alami. Kepingan-kepingan ingatan itu lebih menyakitkan dari kata-kata tajam yang kulihat dari wajah ibunya. Betapa keduanya bisa begitu mirip ketika marah. Membiarkan kesadaran itu menerpa saja telah membuatnya merasa hancur berantakan, kenapa semuanya harus seperti ini? Kenapa ia tak bisa mengalah?
Alasannya sederhana. Istrinya selalu sedih ketika mencoba bertemu dengan ibunya, dan ia tak tahan melihatnya. Episode-episode saat ia sabar menghadapi semuanya telah lama berlalu, kini tinggal istrinya yang masih mau gigih berusaha tanpa ada ia disampingnya, hingga akhirnya ia juga lelah melihat satu-satunya perempuan yang dicintainya terus terluka. Ia mulai merutuki pertemuan-pertemuan itu. Mulai melarangnya... tanpa menyadari luka yang ditorehkan kian dalam.
"Plak..." sebuah pukulan kembali menyadarkannya pada saat ini. "Pergi...pergi," aku tak mau melihatmu lagi.
1 comment:
hi yuti.. bentar lagi pestablogger08 lho.. udah beli official t-shirt nya belum? di klik aja di http://bayusyerli.blogspot.com/
Post a Comment