Aku tidak menyangka akan mendapatkan kata-kata itu darimu. Perasaanku bercabang ketika mendengar kedua kata itu disebutkan dengan begitu gamblang, meski akulah yang pertama membuat cinta menjadi seperti permata tiruan, indah namun tak bermakna. Saat itu yang terlintas dalam kepalaku hanyalah pembebasan untuk mengekspresikan rasa yang ada di dalam hatiku. Aku rindu untuk mencinta, dan pada perasaan itulah aku tunduk ketika menuliskan surat untukmu. Mendapatkan kata-kata serupa darimu membuatku sadar bahwa kata cinta itu seperti belenggu, ia menciptakan ikatan tanpa pernah tahu apa yang terikat dan bagaimana ikatan itu tercipta. Ia mulai menciptakan denyut kehidupan sendiri yang bahkan aku tak tahu bagaimana untuk larut kedalamnya.
Kemala, aku hanya tahu kau sebatas ide tapi kau sudah mulai menghirup segala imajiku. Aku tak tahu apakah aku sanggup bertahan dalam tarian penuh ketidakpastian ini. Kau mampu merenggut semua jiwaku hanya dengan ketidaktahuanku akan dirimu. Kau wujud kesempurnaan yang sekaligus membuat segalanya tak mungkin. Jika kau singkap segala hijab, mungkin kau akan meredupkan segala imajiku, dan bagaimana mungkin aku bisa hidup tanpa itu?
Kau adalah misteri, Kemala. Menyibak satu lapis demi lapis hanya akan meredupkan sinarmu ...
-A