Mungkinkah ini akan menjadi pelabuhan terakhirnya? Arya tahu bahwa satu-satunya alasan ia berpindah hati adalah karena ia tidak siap dengan tanggungjawab. Tiap kali ada orang yang menanyakan kapan ia akan melangkah ke jenjang berikutnya, tiap kali pula ia memutuskan untuk menghentikan apa yang sudah ada. Apakah ia merasa sedih? Jawabannya adalah ya. Ia tidak pernah siap untuk kehilangan, namun ia juga tidak siap dengan ikatan. Namun kehilangan seseorang yang sangat dekat dengannya dua tahun silam membuat Arya memikirkan kembali semua prioritas hidupnya. Satu hal yang ia sadari, ia tak mau lagi kehilangan meski ia sendiri yang kerap melakukannya.
Dan kini ia dihadapkan dengan salah satu usul gila: mengirimkan sebuah surat cinta kepada seorang yang tidak dikenalnya. Peluang diterima: lima puluh-lima puluh. Peluang bahagia: lima puluh-lima puluh. Ia hanya berharap kedua peluang tersebut memiliki hubungan konstruktif, kalau ia diterima semoga ia juga menjadi bahagia. Satu hal yang membuat usul itu menggoda adalah anonimitas. Ia bisa menuliskan seluruh hidupnya dengan jujur tanpa kehilangan apapun. Bagaimana mungkin seseorang bisa kehilangan seseorang yang belum dikenalnya?
Ia tidak berharap apapun ...
1 comment:
Bahkan tiap kata mampu kau hidupkan ruhnya,detail nafaspun kau baca.Spekulatif sederhana,aku ridu sayatan yang menoreh hingga ke jantung.Setengahnya aku berfikir,siapa
kau sesungguhnya.Mengapa jadi linlung,mengapa aku terlarut dalam tarian.Mungkin ini satu-satunya alasan kerinduan akan tulisan Yuti .Rupanya aku harus menarik selangkah pribadi primitifku,dan membuka nalar sehat.
Post a Comment