Thursday, September 08, 2011

Arya

Dear Kemala,
Aku tidak menyangka akan mendapatkan kata-kata itu darimu. Perasaanku bercabang ketika mendengar kedua kata itu disebutkan dengan begitu gamblang, meski akulah yang pertama membuat cinta menjadi seperti permata tiruan, indah namun tak bermakna. Saat itu yang terlintas dalam kepalaku hanyalah pembebasan untuk mengekspresikan rasa yang ada di dalam hatiku. Aku rindu untuk mencinta, dan pada perasaan itulah aku tunduk ketika menuliskan surat untukmu. Mendapatkan kata-kata serupa darimu membuatku sadar bahwa kata cinta itu seperti belenggu, ia menciptakan ikatan tanpa pernah tahu apa yang terikat dan bagaimana ikatan itu tercipta. Ia mulai menciptakan denyut kehidupan sendiri yang bahkan aku tak tahu bagaimana untuk larut kedalamnya.

Kemala, aku hanya tahu kau sebatas ide tapi kau sudah mulai menghirup segala imajiku. Aku tak tahu apakah aku sanggup bertahan dalam tarian penuh ketidakpastian ini. Kau mampu merenggut semua jiwaku hanya dengan ketidaktahuanku akan dirimu. Kau wujud kesempurnaan yang sekaligus membuat segalanya tak mungkin. Jika kau singkap segala hijab, mungkin kau akan meredupkan segala imajiku, dan bagaimana mungkin aku bisa hidup tanpa itu?

Kau adalah misteri, Kemala. Menyibak satu lapis demi lapis hanya akan meredupkan sinarmu ...

-A

4 comments:

urip said...

Tahukah kau permata tiruan itu dibuat dari belahan ruh, untuk mencari perhatian putri,hanya sekedar membuat putri tersenyum.
walaupun aku tahu resikonya dewi kerinduan merajut-rajut diantaranya.

urip said...

Kau melihat aku putus asa.Bukan, ini hanya sel pria mencoba mencari titik masuk dalam sel telur. Mulai dari jaman purba seperti itu proses kejadian, pria yang menanam(pria menjadi bibit), perempuan mengandung (yang membuat bibit berkembang),kemudian kasih sayang antara keduanya menumbuhkan (kedua orang tuamu Tuhan yang nyata).Bukan sekedar sandiwara,ini perjuangan ruh agar bisa diterima.Rindu hanya sekedar insting dorongan biologis untuk menjalani salah satu prosesi kelahiran. Keikhlasan ibu menentukan untuk proses pertumbuhan dirahim(hormati ibumu,surga dibawah telapak kaki ibu,dll)
Demikian juga proses keberadaan peradapan,pun pengetahuan.
Yaaah......
Seperti rabaanmu aku tidak beres, akupun merasa ada yang tidak beres dalam hidupku, kadang aku berfikir siapa yang sakit aku atau orang-orang.
Benar, petani yang kau temui GIIILA....

Cheshire cat said...

orang gila yang masih meluruhkan seluruh indranya pada pemikiran purba tentang evolusi dan konsep tentang bertahan hidup. kalau memang gila, kenapa tak ledakan saja semua? biarkan saja sel-sel kelabu didalam otak kanan bertakhta alih-alih membiarkan logika berevolusi menjadi begitu banyak kata?

permata tiruan mungkin tak memiliki makna jika ia disandingkan dengan emas dan perak, namun ia bisa menjadi tak ternilai ketika ia dibuat dengan segenap kasih dan tenaga.

lalu siapakah yang gila?

urip said...

Mungkin itu yang mengelitik hingga berani mendekati putri.
Berbahasa segamblang mungkin,agar terbaca.
Sebab aku mulai ragu,siapa aku ini, masih manusia,atau ibis mewujut dengan pura-pura evolusi.
Disini aku tinggal tak satupun paham bahasaku, kupikir jadi hewankah aku.
Ada lagi sebenarnya 1 asumsi ingin aku sampaikan,tapi sudahlah..
beri jawaban sederhana siapa aku,sungguh aku akan memahami jawabanmu dengan besar hati.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...