Ia menyerah pada kenangan-kenangan yang mengejeknya tiap kali ia memejamkan mata ...
Tuesday, October 25, 2011
Andre
Ia melakukan kesalahan dan ia tidak menyesal. Lebih mudah jika ia tidak membiarkan kenangan itu mengambil alih jemarinya. Mengetikan sebait surat yang mampu menafikan ribuan kilometer yang menganga diantara mereka. Setelah ia memutuskan untuk tidak tampak, bukankah ia lebih baik tidak hadir kembali. Kalau peluang tidak membesar, untuk apa ia mencoba lagi? Tapi bagaimana jika ia tidak bisa lupa? Bagaimana jika dua tahun rentang tak membuatnya bisa berpaling? Dan ia memang tidak berpaling. Ia masih hadir di taman itu dengan segenap jiwanya. Ia hanya bisa menyerah pada pikiran bahwa ketiadaannya merupakan hadiah terbaik. Meski itu merobek dirinya. Meski dorongan untuk menunjukan diri membuatnya nyaris gila. Tapi kini ia memilih jalan yang seratus delapan puluh derajat berbeda. Tidak hanya menunjukan bahwa ia masih ada, tapi juga menyatakan bahwa ia tidak bisa lupa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Untuk Papa
Papa … Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat Tapi jasa papa tetap melekat Hangat itu tetap mendekap ...
No comments:
Post a Comment