Ia tahu jika ia melangkah lebih jauh, segala biasa akan berubah menjadi belenggu. Ia tidak mau memilih, tapi ia juga tidak bisa memiliki. Ia bimbang ...
Wednesday, October 26, 2011
Kemala
Haruskah ia mengikuti kata hatinya? Luruh dalam gejolak dengan meniadakan otak kirinya. Ia tak tahu. Kalau memang semuanya salah kenapa ia tak juga menyerah? Kenapa ia tak dibuat lupa? Ia masih ingat bagaimana hal-hal kecil bisa membuatnya bahagia. Ia tak membutuhkan bunga dan memang tak pernah memperolehnya. Namun ia senang bagaimana mereka bisa begitu cocok bersama tanpa perlu ada aba-aba. Kebersamaan mereka seperti sudah digariskan semesta. Ia hanya perlu menjadi ada tanpa perlu menjawab pertanyaan mengapa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Untuk Papa
Papa … Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat Tapi jasa papa tetap melekat Hangat itu tetap mendekap ...
No comments:
Post a Comment