Sunday, October 30, 2011

Andre

Ia ingin berhenti berpikir. Selama dua tahun terakhir ia lelah mengikuti otak kirinya yang menghantarkannya pada sebuah jalan buntu. Kini ia hanya ingin bahagia. Ia tak peduli jika apa yang dilakukannya berlawanan dengan semua logika yang ada. Jika ia melakukan hal yang benar, kenapa tetap ada sesuatu yang hilang? Kenapa ia tidak bisa merasa puas dengan kemenangannya dalam kompetisi arsitektur tingkat Eropa? Kenapa pelariannya pada kerja tak juga membangkitkan kegairahan yang dulu selalu ada? Jika ia tahu tak ada jalan bagi keduanya untuk bersama, kenapa ia masih ingin mencoba jalan paling tidak mengikat yang pernah ada? Kenapa?

Ia hanya ingin Kemala membalas suratnya. Ia tidak tahu bagaimana mereka akan menghadapi ini semua. Ada ribuan kilometer yang membentang diantara mereka namun ia ingin tetap percaya bahwa semuanya mungkin. Kemala bisa kembali bekerja di Belanda, mereka bisa kembali menghabiskan waktu bersama. Semua akan sempurna ... Tapi Kemala akan rindu keluarga dan akarnya. Dan apa yang bisa ia lakukan jika itu terjadi? Belum lagi cara pandang keduanya yang bertolak belakang. Agama dan atheist. Sama-sama menggunakan kata tidak namun yang pertama merujuk pada tidak kacau sedangkan yang kedua pada tidak Tuhan. Hal yang ironis dari jurang yang memisahkan ia dan Kemala adalah karena keduanya sangat percaya pada kemanusiaan dengan landasan yang bertolak belakang. Kemala percaya agama akan mengantarkannya pada damai, sedangkan ia melihat logikalah yang akan mengantarkan manusia pada harmoni semesta. Bukankah sejarah manusia menunjukan agama telah terlalu banyak menumpahkan darah?

Tetap saja Kemala yang memilih menjadi vegetarian dan ia yang masih terpaku dengan daging ham.

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...