Wednesday, September 28, 2005

Narasi

“the attempt is made to construct a categorical scheme of general ideas…in terms of which every element of our experience can be interpreted.” (Whitehead, Process and reality)

Dalam seminar yang aku ikuti kemarin(tentang kosmologi dan filsafat Shadra), definisi diatas sebenarnya dilekatkan pada kata filsafat. Tapi bagiku, kalau digunakan untuk menjelaskan narasi lumayan cocok juga. Minggu lalu dosenku bilang, kalau aku udah bisa seminar. Padahal aku sendiri merasa kalau aku belum mengerti apa-apa. Memang bimbingannya udah jalan satu semester, dan selama rentang waktu tersebut, aku juga sudah menemukan banyak hal, tapi kalau sampai dirangkai dalam sebuah narasi mengenai shock wave, entropi dan solusi aku masih agak bingung.

Dalam kepala, informasi-informasi yang aku miliki masih diskrit. Dalam artian masing-masing bagiannya independen. Sedangkan kalau seminar, semua petunjuk yang sudah aku dapatkan selama rentang waktu itu harus bisa menjelaskan suatu masalah. Sebenarnya tema yang aku ambil memang cukup luas, kemudian untuk TA 2 masalah itu dikerucutkan untuk mencari ketunggalan solusi dengan metode numerik, tapi tetap aja untuk mencari titik mulanya yaitu latar belakang, tujuan, rumusan masalah, aku masih rada bingung. Soalnya semua memang tampak bermasalah, hehehe…

Pilihan pertama, menyoroti masalah diskontinuitas shock wave dalam kacamata hukum kekekalan. Pilihan kedua, langsung menyoroti penggunaan metode numerik dalam mencari ketunggalan solusi entropi. Ada berbagai pilihan sudut pandang, dan sampai saat ini aku belum memutuskan sudut mana yang akan kuambil. Hmm… mungkin lebih tepatnya aku masih belum menemukan sudut yang dapat meng-cover semua informasi yang aku miliki menjadi sebuah narasi holistik.

Berbicara mengenai narasi cukup menarik. Contohnya ketika terjadi perubahan konteks dari filsafat menjadi narasi dalam kutipan yang aku ambil. Hmm… aku coba membahasnya menggunakan alat semiotika. Yang menjadi penanda(materi) disini adalah kutipan Whitehead, dan petanda(konsep mental)nya adalah: pemahamanku terhadap narasi yang analog dengan kutipan Whitehead(meski ketika disampaikan, kutipan tersebut digunakan untuk menjelaskan filsafat). Proses penafsiran dalam otakku bisa disebabkan oleh berbagai hal.

Misalkan aku menggunakan narasi meme, maka aku bisa mengatakan bahwa pengetahuan yang sudah ada dalam kepalaku mengasosiasikan/memetakkan definisi Whitehead tersebut dengan konsep yang ada dalam kepalaku mengenai narasi. Akibatnya, proses dialektika yang terjadi adalah tesis: narasi adalah usaha untuk menyusun informasi-informasi yang ada sehingga bisa dipahami, anti-tesis: filsafat adalah the attempt is made to construct a categorical scheme of general ideas…in terms of which every element of our experience can be interpreted, sehingga sintesis dari keduanya bagiku adalah, filsafat dan narasi memiliki arti yang tidak jauh berbeda.

Huahaha… pusing kan? Kesimpulannya posmo banget, segala informasi yang ada merupakan hasil konsepsi, sehingga kita rayakan saja semuanya:D. Adanya perbedaan narasi ini memiliki implikasi luas, terutama dalam hal komunikasi. Seperti yang diungkapkan dalam seminar kemarin, kita telah mengalami empat evolusi: physic, biologis, …., dan sekarang ini kita tengah berada dalam evolusi informasi(untuk lebih jelasnya aku pernah disarankan baca Habermas, tapi belum kesampaian juga). Nah, karena kita tengah berada dalam era informasi maka komunikasi(yang memungkinkan terjadinya transfer informasi) menjadi signifikan.

Catatan tambahan: Sebenarnya kondisi entropi yang menjadi bahan TA-ku juga menyinggung masalah komunikasi(entropi terdapat di 3 bidang:termo, teori informasi dan statistik), tapi aku lebih fokus ke bagian termodinamik-nya, meski lebih jauh lagi nyambung ke masalah numerik(nah kan keliatan, nulisnya aja kemana-mana:D). Back to book deh…

1 comment:

Anonymous said...

Assalamualaikum mbak Yuti, cuma mau nanya aja...itu judul lagu nya apa yah yang jadi background sound...hehehehe...

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...