Badai kenangan itu kembali menerpa. Ruang. Orang. Hanya bangunan-bangunan baru menunjukkan waktu telah beranjak. Guru-guru yang menjamu ramah, hingga sedikit gembul karena disuguhi minum bergelas-gelas. Kilasan-kilasan peristiwa memainkan sebuah film panjang dalam kepala. Masa yang takkan terulang, meski menyisakan banyak kenangan.
NB: Ngantuk euy, hari pertama kembali kuliah dan ke LAPI. Ketemu banyak temen, maaf-maafan, dan juga ngantuk berat. Tugas kuliah alhamdulillah udah beres. Ngga taunya, aku ngerjainnya over dosis, harusnya cuma sampai manfaat, aku bikinnya sampai metodologi. Ya... bagus deh, soalnya buku untuk metodologi masih minim banget.
Enaknya sekarang ngapain ya? Kerjaan di kantor belum banyak, dan karena liburan aku gunakan untuk membaca sekitar 30 referensi, aku malas membaca yang berat-berat. FYI, aku maksa masukin salah satu permainanan paradoks dalam proposal tesisku. Tadinya mau masukin Godel, tapi kesannya maksa banget, akhirnya aku cuma menyelipkan Derrida dan self-reference dari Webster yang ditulis oleh Wittgenstein. Hoho, kalau waktu S1, paradoks Zeno cuma masuk di kata pengantar, semoga di tesis, paradoks bisa masuk bab 1. Trus makin lama, bab-nya jadi makin ke belakang. Whihi..., asyik kalo bisa nganalisis pakai pendekatan paradoks, meleset meleset larinya ke postmo.
Aku belum berhasil namatin Barbour, padahal pengen banget. Biasalah untuk meningkatkan sense holistik dan anti-reduksionistku. Bisa nyambung bisa ngga, tapi ngga pa-pa deh, bagiku seni menulis adalah menyusun logika yang bisa nyambungin bacaan lucu-lucu dengan tesis. Kan, seperti yang dikatakan oleh Derrida, bahwa makna merupakan hubungan antar tanda, alias ngga ada yang mutlak. Jadi selama argumen kuat, ya ngga masalah. Tentu aja, selain memuaskan kesenanganku bermain-main, harus ada manfaatnya, dan karena waktu S1 aku lebih banyak aktif di pers kampus, aku melihat pendekatan terhadap perubahan di masyarakat terkait erat dengan informasi.
Udah ah, mau nyoba tidur sambil duduk...
No comments:
Post a Comment