Lagi jatuh cinta ama teori jejaring, dan tentu aja aku harus belajar banyak dari spiderman, sang ahli jaring, huehehe. Teori yang aku pakai menggunakan pendekatan jejaring aktor. Teorinya lumayan unik, karena menafikan keberadaan sebuah model. Jadi metodenya adalah, pandang sebuah aktor kemudian telusuri keterkaitannya dengan aktor-aktor lain. Untuk kasusku tentu saja, aktor yang aku incar adalah energi, dari sana mulailah aku berkenalan dengan aktor-aktor lain(hmm.. ternyata si energi punya temen cukup banyak:p).
Yang bikin penelusuran ini menarik adalah aksi pembingkaian suatu aktor. Sebagai ilustrasi, pada tingkat agregasi skala nasional, terdapat jejaring aktor di level industri dan pemerintah. Dengan melihat pada level yang rendah, diperoleh pola yang mirip di level organisasi, seperti relasi antara pekerja, pemilik perusahaan, kebutuhan dasar, dll. Ada yang udah bisa nebak kemana arah dari pembicaraan ini? Yup, lagi-lagi fraktal. Perulangan-perulangan pola yang ditemui pada berbagai level.
Tentu aja polanya ngga bisa se-rigid himpunan Cantor, tapi pola itu ada. Nah, dengan demikian, relasi yang terdapat di tingkat agregasi lebih tinggi memuat perilaku aktor-aktor di tingkat agregasi lebih rendah. Huahaha, si Yuti ngomong apa sih? Sebagai ilustrasi adalah perbandingan main dadu dan koin(kedua alat ini sangat sering digunakan sebagai ilustrasi dalam ilmu peluang), mana yang lebih besar peluangnya memperoleh angka 3 atau muka? Tentu aja orang akan memilih muka, karena peluangnya 50%(1/2) dibandingkan peluang seseorang memperoleh angka 3 yang peluangnya 1/6. Tapi ketika yang dilihat hanya menang atau kalah, maka hasil dari kedua permainan tersebut bisa sama, yaitu menang atau kalah(dan kayanya gara-gara ini masih banyak yang suka ikut undian, karena meski peluang kemenangan masih kecil tapi peluang itu masih ada; limit menuju nol sekalipun). Nah, perbedaan peluang inilah yang kadangkala diabaikan, alias orang biasanya hanya melihat sebuah kejadian dari hasilnya saja dan bukan dari proses.
Teori jejaring dengan tingkat agregasi yang berbeda-beda ini mencoba menjelaskan bahwa ada faktor-faktor yang terjadi di level lebih rendah tapi tidak tampak satu level diatasnya, tapi ternyata memberikan dampak yang besar pada beberapa level di atasnya. Contoh populernya adalah Efek Kupu-kupu, lengkap dengan tag: bagaimana kepakan kupu-kupu di Brazil bisa menyebabkan badai di Tuing-tuing(woho, dibaca: tempat yang jaaaaauuh).
Woho, seru kan?
5 comments:
Yang saya inget dari film Spiderman perkataanya Pamannya Peter: "Di dalam kekuatan yang besar terdapat tanggung jawab yang besar."
Jadi, sapi apa yang ... ? :)
Membacai hati memang tidaklah semudah membacai tulisan. Masalahnya, tulisan2 Yuti juga bukan tulisan yang ringan dan mudah dicerna ;) berat euy.
Eh, gak amat2 denk, Yuti seeruu! :D
@Galuh:Yup, betul. Semakin tinggi posisi seseorang tanggung jawabnya juga makin besar, dan ternyata dengan semakin banyak tau juga ngga begitu menolong.
@NN: Inilah akibat orang matematika ketika masuk ilmu sosial, relasi antar manusia mau dinotasikan dengan teori graf. Hasilnya ya belepotan:)
Jadi, sapi apa yang bikin belepotan? Jawabannya adalah sapi der man. Sapi yang bikin keder orang(man), dan tentu aja bukan Yuti:)
Kamu tertarik dengan hal-hal diluar rasio karena keterbatasan rasio kita sendiri nggak?" seperti teori relatifitas, atau kenyataan tentang "santet" dapat dijelaskan secara ilmiah melalui teori kuantum, bisa juga tentang teori yang menyatakan tidak ada realita yang benar-benar hakiki selain Tuhan, karena kita hidup dalam dunia yang dibentuk oleh otak kita sendiri dari berbagai sensasi panca indra dari sesuatuhal yang kita tidak thu bagaimana wujud yang sebenarnya, aku jg pingin tau pendapatmu tentang efek kupu-kupu, apakah koment ku ini juga menyebabkan sesuatu yang tidak dapat ku prediksi, sesuatu yang besar
@NN2: Mungkin saja, yang jelas komen NN telah membuat saya meluangkan waktu untuk menulis tanggapan, dan mungkin saja jika waktu yang saya gunakan untuk menulis ini saya pergunakan untuk hal lain, kehidupan saya bisa berubah.
Contoh lain mungkin peristiwa ketika Archimedes sedang mandi dan menemukan bahwa volume tubuhnya sama dengan volume air yang dipindahkan. Bagi seorang fisikawan, banyak kejadian sehari-hari yang bermakna lebih dari sekadar sebuah rutinitas. Bak mandi Archimedes bisa jadi membuat penemuan itu menjadi lebih cepat(atau juga tidak), tidak ada yang tahu pasti.
Saya sendiri saat ini berpendapat, pengetahuan seseorang senantiasa terbatas, entah karena alat, indra ataupun adanya akumulasi pnafsiran saat melihat, membaca, mendengar ataupun merasakan. Hal itulah yang menyebabkan saya menyukai teori-teori yang bersifat relatif, bergantung orang yang mengungkapkan teori tersebut.
Efek kupu-kupu hanya sebuah contoh populer,bagi saya kehidupan sendiri penuh dengan kejutan-kejutan yang merupakan agregasi aksi yang biasa-biasa saja.
Post a Comment