Wednesday, October 19, 2005

TA

Ternyata TA bisa bikin panik juga. Antara bingung target yang harus aku capai sampai TA itu ngapain. Gila kan, udah jalan nyaris satu semester, tapi aku belum dapat kejelasan TA-ku itu mencakup apa saja. Tujuan, latar belakang udah dapet(setidaknya aku menganggapnya seperti itu), tapi lebih dari itu masih lumayan ruwet. Hobiku untuk membaca bahan-bahan berkaitan dengan shock wave ngga membantu banyak. Jadi berkaitan dengan TA ini aku punya kebiasan baru, mengetikkan berbagai gabungan kombinasi kata di Mbah Goo. Lax-Friedrichs-Lewy+shock wave, finite difference, compressible flow, numeric+shock wave dll. Belum ditambah referensi dari buku, yang membuat tumpukan informasi di kepalaku makin rumit.

Sebenarnya masalahnya sederhana koq, tinggal nanya ke dosen. Kalo dulu masih rada jaim, sekarang pertanyaannya udah lucu-lucuan aja. Kaya kemarin, pas nunjukkin gambaran besarnya, “Pak, saya udah berada di jalur yang benar belum?” Pertanyaan to the point itu jauh lebih baik daripada merasa sudah paham ternyata salah besar. Meski tetap aja ada perasaan sedikit ngeri ketika melihat alur berpikirku diperiksa kata demi kata. Di depan mata kepalaku sendiri lagi. Tapi bagusnya kaya gitu, aku jadi bisa mempertahankan apa yang kutulis(meski ada satu bagian yang aku sendiri bingung bacanya karena hasil terjemahan, akhirnya aku cuma bilang, “Wah, kayanya saya nerjemahinnya kacau, Pak,” sambil nyengir).

Hmm… aku merasa alur ceritanya udah dapat. Dimulai dari persamaan diferensial non-linier yang memiliki solusi diskontinu(shock wave). Solusi tersebut bisa diperoleh dengan menggunakan operator atau melalui beda hingga. Nah, aku mencari solusinya melalui beda hingga. Trus, tujuan dari TA-ku adalah memperoleh ketunggalan solusi melalui beda hingga, khususnya menggunakan skema Lax-Friedrichs.

Skema L-F ini stencilnya berbentuk segitiga. Bentuk ini sesuai dengan konsep daerah ketergantungan dari persamaan diferensial awal. Dari sana, feel untuk membuktikan ketunggalan solusi shock wave melalui beda hingga berasal. Yang membuat aku bingung adalah apa aku tinggal mengikuti alur di buku Smoller mengenai pembuktian ketunggalan solusi? Kalau iya, TA-ku ngga rame banget. Memang untuk itu aku perlu banyak tools yang berasal dari analisis, aljabar, kompleks, tapi tetap aja aku merasa ngga melakukan hal yang sophisticated.

Apalagi dari banyaknya referensi yang udah aku baca, kayanya ngga mungkin kalau cuma mengikuti langkah-langkah yang ada di satu buku(oke-lah ditambah beberapa buku tambahan untuk definisi). Hmm… jangan-jangan masalahku selama ini adalah karena merasa seharusnya bisa lebih canggih dari ini? Hanya masalah PERASAAN. Krik..krik… gawat!!! Mayday..mayday… Yuti memanggil bumi.. roger. Analisa: mode on.

Kemarin aku abis ikut seminar/diskusi mengenai citra media muslim(sekitar itulah judulnya). Jadi aku akan mencoba menganalisis diriku dengan tool: semiotika. Selama ini citra yang terbentuk di kepalaku, TA adalah semacam mahakarya sebelum meninggalkan bangku kuliah. Meski pas awal banget(sekitar setahun yang lalu), dosenku bilang kalau TA bisa juga seperti mengerjakan soal biasa. Tapi karena di kepalaku sudah ada citra lain mengenai TA, kayanya aku(atau lebih tepatnya isi kepalaku) melakukan penolakan terhadap informasi baru itu.

Penanda(materi): TA
Petanda(konsep mental): suatu peninggalan yang keren

Nah, karena kepalaku masih dipenuhi oleh citra bahwa TA adalah suatu hal yang keren, ditambah fakta aku termasuk bookaholic, aku masih tidak percaya kalau TA bisa sesederhana mengikuti alur yang sudah ada di sebuah buku. Apalagi kalau referensi bukunya tidak mencapai 10. Bagiku gambaran seperti itu agak tidak masuk akal. Waktu SMA aja, ketika bikin karya tulis, referensi tulisanku sampai satu setengah lembar. Apalagi ini, yang penggarapannya memakan waktu resmi 2 semester. Tapi sekali lagi ini hanya masalah citra. Sekarang aku coba menggantikan petanda yang sudah mengendap di kepalaku selama ini dengan jawaban yang diberikan dosenku(dengan asumsi: kepalaku berhasil di brainwash dan akhirnya menerima informasi asing itu).

Penanda: TA
Petanda : syarat kelulusan mahasiswa S1 dan ngga perlu mengetengahkan hal baru

Cring..cring.. proses olah data(loading agak lambat karena masih sulit menerima kenyataan itu). Ok, TA gw beres man… tinggal agak rajin ngobrak-ngabrik equation object karena banyak banget simbol-simbol math-nya.

Analisa: mode off.

Dari hasil baca-baca skripsi yang ada, jumlah referensi beragam, ada yang cuma enam(E-N-A-M!, masih susah untuk percaya), sampai yang duapuluhan. Bab-babnya juga macam-macam, yang teoritis lebih mirip buku teks, sedangkan yang terapan sesuai citraku selama ini, ada masalah, dan pemecahan. Tampaknya aku tinggal rajin-rajin bimbingan biar berada di jalur yang benar dan (semoga) bisa cepat beres.

6 comments:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...

nyalakeun word verification Ti. Biar gak kena blogspammer.

-za,

Anonymous said...

masih TA

pernah cerita gak ya

walau gak pernah kuliah

daku pernah jungkir balik juga

ngerjain ta buat seorang kawan dulu

aku ngedesign dan ngebangun alatnya
dia omong2nya

seru juga,
ampe hampir putus asa,
waktu diri ini nyadari, bahwa aku tuh gak sekolah,
ilmu2 hanya comot sana sini serba sedikit dan dangkal
sementara si dosen lulusan sekolah teknologi ternama MIT

duh...

di hari h, daku malah harus ikut ke ruang uji si alat,

untungnya,
akhirnya kerjaan itu tamat juga
dan

kawan itu dapat A,
aku gak ngerti sich arti nillainya apa, karena gak pernah sekolah itu tadi..


moga2 mu nanti juga dapat yang terbaik ...

dei

Unknown said...

nikmati aja yut...pada akhirnya TA cuma sebuah formalitas. Kunci untuk mbuka gembok gerbang menuju dunia luar. Yang ternyata, di luar sana, kita makin merasa bodoh

Unknown said...

eeeh...tapi, tetep semangat yak... :)

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...