Sunday, October 29, 2006

Fitri

Lebaran kali ini aku mengirimkan beberapa pinta maaf. Sesuatu yang biasa urung kulakukan saat beduk bertalu berlatar Allahu Akbar. Bagiku kata kadang terlalu sederhana. Seperti udara yang terlalu biasa mengisi rongga-rongga. Dengan berkata, khilaf akan terus terulang membentuk deret tak hingga. Perulangan-perulangan yang tak selesai hanya dengan maaf, lahir batin, ataupun kata-kata indah lain yang memenuhi kotak inbox sms-ku. Namun tahun ini, biasa itu sedikit berubah.

Banyak perubahan tahun ini, kerja berpadu kuliah, waktu luang yang kini terasa lebih mahal namun juga bertambah indah. Buku-buku belum terbaca yang membentuk tumpukan tersendiri di rak, hingga mencoba untuk kembali merumuskan kembali hidup. Ada banyak cara untuk kembali, tercebur dalam lautan perbedaan hingga akhirnya menyadari identitas diri, atau berkawan persamaan hingga tak tahu lagi apa artinya menjadi seorang pribadi.

Aku masih mencari, seperti deret yang terus mendekat menuju suatu angka pasti. Limit tiada henti meski usaha kadang tersendat sebuah imaji khayali. Hanya Dia yang Hakiki, meski jiwa tak selalu fitri untuk mengingat Sang Pemilik Kasih.

Kali ini kubiarkan bit-bit informasi menggantikan kehinaan diri. Bukan sesuatu yang sejati, bukan pula pemakluman diri, tapi suatu pengingatan kembali.

Aku lemah...
Namun tak mau menyerah

NB: Terima kasih atas banyak cinta yang telah diberikan padaku

2 comments:

arifin said...

KUSELESAIKAN MASA PERKABUNGAN INI

kuselesaikan masa perkabungan ini
tangis yang sia-sia menyisakan reruntuhan
ada yang harus dibangun dan dituliskan
rancangan-rancangan yang entah
jalan-jalan yang hilang arah
penanda, penunjuk, dan waktu yang nyaris mati

kuselesaikan masa perkabungan ini
walau ada yang tetap mengalir pelan
menadikan denyut kehidupan
aku tak mau menyerah
walau berkali-kali kalah

bekasi, 10 agustus 2005

-buat seorang yuti, dari bang Misbach-

Cheshire cat said...

Wuih, ujungnya senada:) bang Misbach, siapa Pin?

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...