Mulai nyusun tesis, sipirili...
Tadi udah nyari-nyari bahan, dan karena gaya belajarku ngga pernah konvergen, bacaanku jadi melebar banget. Kali ini aku mulai dengan bermain-main di MIT open course dan cdg-nya Columbia University. Dapat artikel yang lumayan nyambung dengan buku Introducing to Social Networking yang dipinjemin pak Sonny, dan kesimpulan sementaranya bikin aku ngeri: alat yang dipakai statistik banget, selain teori graf. Kayanya aku bener-bener harus mulai belajar statistik.
Minggu depan, aku udah mulai nyetor hasil bacaan. Gaya belajar favoritku adalah membaca bebas dan cerita. Tentu aja, ceritanya ngga di depan kelas. Soalnya kalo di depan banyak orang ide-ide kaya lompat-lompat di kepala sehingga pas keluar malah belepotan. Tapi pas acara diskusi di kelas selasa lalu, seru juga. Dosennya menggunakan gaya Socrates yang berargumen dengan cara bertanya, dan ketika aku jawab dengan bertanya juga malah jadi ngga boleh. Huehehe, seneng. Bagiku, pemain yang kalah adalah pemain yang mengeluarkan 'pokoknya.' Kata itu mlambangkan penggunaan otoritas. Hehe, kidding, kidding, Sir...
Tentang tesis, aku belom bisa cerita banyak. Tapi paling besar kemungkinannya ke arah difusi teknologi dengan pendekatan kajian budaya. Alat analisisnya pake graf dan statistik. Ini masih gambaran super kasarnya, soalnya aku masih bingung untuk nembak kasus apa, ngga mungkin teori doang. Kalau pure kajian budaya, aku bisa cerita banyak tentang pengaruh media, dan adanya idol, tapi kalau menggunakan teori-teori sosiologi plus alat-alat matmatika, aku sama sekali belum ada ide, makanya nih rada-rada ngga sabar nunggu minggu depan. Mau tau perkembangannya kaya apa.
Btw, udah sempet juga cerita sedikit ke dosen, kalo aku bingung gara-gara kebanyakan baca. Eh, dosenku malah ketawa-tawa. Kayanya udah beberapa kali aku diketawain dosen gara-gara bingung. Dosen pemodelanku ekspresinya lucu banget waktu ngeliat aku bingung. Soalnya beliau serius banget, tapi bisa juga ketawa lepas. Ngomong-ngomong tentang ekspresiku, waktu aku salah naik angkot, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sopir angkot langsung melambatkan laju mobil, dan bertanya, apa aku salah naik. Hmm... ada apa ya dengan ekspresi mukaku?
No comments:
Post a Comment