Friday, November 24, 2006

Menggapai Mimpi

Aku baru nangis lagi setelah membaca forward-an tulisannya pak Armein. Dalam kepalaku langsung kebayang sosok almarhum yang senang mengenakan kemeja putih. Warna yang juga dikenakan keluarga beliau saat melepaskan sosoknya untuk yang terakhir kali. Begitu banyak kesan yang beliau tinggalkan bagi orang-orang yang ditinggalkannya, dan mimpi besar yang tak pernah mati.

Aku harus kembali merumuskan visi diri. Saat ini aku merasa sedikit tersesat karena memasuki mabok informasi tanpa ujung pangkal yang jelas. Wilayah yang sama sekali berbeda dengan bidang studiku yang lalu. Dosen yang kuajak ngobrol menganjurkanku untuk mengambil ke arah financial engineering. Suatu wilayah dimana setidaknya tidak jauh berbeda dengan jalurku dulu.

Mimpi-mimpi lain yang lebih besar juga masih menghiasi kepalaku meski aku belum tahu bagaimana merintis jalan menuju kesana...

Kubaca lagi jawaban wawancara sepanjang 16 halaman yang dikirimkan almarhum padaku. Bukan saatnya sekarang untuk bersedih, mengenang bukan berarti terhanyut, tapi kembali berjuang untuk maslahat bersama, seperti yang kutafsirkan dari cita-cita beliau.

2 comments:

Anonymous said...

... mimpi besar yang tak pernah mati ...

mimpi,
besar,
tak pernah mati,

tiga kata ajaib, yg juga kuperlukan
atau, mungkin juga semua orang perlukan,

manusia hidup, karena masih memiliki mimpi,
manusia besar, karena bermimpi besar,
mimpi besar, memang tidak boleh mati ...

dei

Cheshire cat said...

Aku jadi berpikir
apa jadinya manusia tanpa mimpi
pengembaraanku sampai pada tulisan lucu: apakah android bermimpi?

mungkin jadi tak ada bedanya
mungkin karena selain mimpi ada rasa sedih jika tak terpenuhi
pun gembira jika dapat menggapainya

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...