Friday, December 01, 2006

Waktu

Kemarin aku ditanya tentang masa depanku. “Ngga tau,” jawabku. “Punya konstrain dari orang tua?” tanyanya lagi. “Ngga,” ujarku sambil menggerakan kepala ke kiri dan ke kanan.

Dalam hidup yang mengalir, tak pernah ada yang pasti
Bahkan air pun memiliki hilir yang jelas kan?
Tapi juga melewati banyak percabangan(dengan mantap)
Suatu saat kau tetap harus memilih
Ya, suatu saat. Bukan sekarang, biarlah kunikmati gelap barang sesaat. Selagi gelap belum pekat dan menelanku dalam berbagai keharusan, erat. Kau boleh memilihkannya jika kau mau, aku sering menggunakan cara ini jika kau belum tahu.
Membiarkan orang lain mengatur hidupmu?
Tidak tepat begitu. Kau tahu sendiri aku orang bebas, meski tak sepenuhnya lepas. Aku masih mencari, dalam berbagai bentuk kehidupan yang nanti akan kujalani. Apa yang kau tawarkan, kuanggap salah satu jalan.
Tapi kau suka?
(Pertanyaan ini lagi. Aku lupa bagaimana rasanya) Segala pengetahuan baru yang memenuhi kepalaku kadang membuatku hidup dan redup dalam waktu yang nyaris bersamaan. Peluang untuk maju didera berbagai macam kesalahan nyaris tak memberikan perubahan berarti. Hanya berdiam diri, caci maki dalam hati, karena tak tahu lagi bahwa pemikiran akan berarti.
Cari teman diskusi. Kau bisa gila jika mencarinya sendiri.
Asalkan tak hanya terperangkap dalam wacana-wacini, aku mau. Namun jika akhirnya kembali pada pemuasan rasa ingin tahu dan kecanggihan semu belaka, aku tak sudi.

Percakapan itu berakhir, menyisakan puluhan bait akan langkahku kedepan. Dalam satu bagian ia berujar, “Sudah ya, jangan ganti-ganti lagi.” Aku tersenyum. Sebuah Deja vu.

1 comment:

Anonymous said...

Tak seorang pun tahu akan masa depannya. Namun kita boleh punya minat tempat dan bidang kerja yg kita harapkan. Dengan demikian, kita bisa mempersiapkan diri untuk memupuk kompetensi yang kita miliki. Itulah bentuk kepedulian akan masa depan kita sendiri, hidup perlu ada rencana, hidup perlu usaha. Sahabatmu selalu

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...