Monday, July 23, 2007

Wisuda

Sabtu kemarin aku menghadiri acara wisuda di Sabuga. Rame, dengan pengamanan yang kian ketat. Setahun yang lalu, aku juga berada di dalam gedung itu. Dengan kebaya, toga dan senyum ceria. Senyum yang perlahan berganti bosan mendengar rangkaian acara yang sedemikian panjang, senyum yang juga dihiasi cemas karena melihat buku wisudaan. Aku tak mencantumkan gelar dosenku, padahal di buku itu gelar seolah menjadi ajang pameran. Daripada bimbang, aku langsung saja melayangkan permintaan maaf melalui sms ke dosenku yang langsung dibalas dengan kata-kata lucu plus emoticon :) Saat bertemu langsung, dosenku tak juga menyalahkanku, dan menenangkanku dengan berkata administratif yang kurang teliti.

Jika wisuda adalah salah satu ambang kedewasaan, maka tampaknya aku memang belum siap. Dan karena itu aku ingin mencoba wisuda lagi...

Adakah perubahan?

4 comments:

titi said...

setahun sudah peristiwa itu kita lewati yut.. kita kan cengar-cengir bareng.. ;)
Ternyata jalan hidup berubah setelah peristiwa sakral itu berlalu.
Real-life must faced..

titi said...

Real life must be faced..

Anonymous said...

Ya ampun, dewasa kan bukan titik. Apakah setelah melewati wisuda, hop, lompat dari anak-anak ke dewasa?

Kadang waktu suka memaksa. Ia akan datang, tanpa kita pernah merasa berkata siap.

Cheshire cat said...

@Titi: kalau yuti sih masih di kawah candradimuka Ti:) Minggu lalu sempat ketemu sama seorang dosen senior, dan dia mengerti banget tipikal orang yang menunda-nunda, hehe.

@NN:memang bukan titik, dan mahasiswa pun tak bisa dikatakan sebagai anak-anak. Bagaimana hidup mau dijalani itu pilihan, bukan dikotomi anak-dewasa.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...