Monday, January 16, 2012

Kemala

Malam itu ia makan pasta. Mudah, singkat, dan cepat. Hanya itu yang ia butuhkan untuk mengusir bayangan kursi kosong di hadapannya. Tak ada canda tawa maupun botol anggur putih yang sering ia beli tanpa pernah ia tahu rasanya. Sering ia tak bisa membedakan gelasnya dengan Andre. Dari jauh keduanya memantulkan warna yang sama, emas bening. Anggur putih dan jus apel. Seperti kedua dunia mereka yang berbeda namun dipertemukan dalam ruang-ruang yang sama. Perbedaan itu terasa mengejeknya. Andre tak pernah kehilangan kesadarannya. Ia tak suka alkohol kuat seperti tecquilla misalnya, namun tetap saja menembus batas itu terasa salah. Perasaan yang terasa kian melemah.

Sudahkah ia menyerah pada bisikan-bisikan yang dulunya ia anggap iblis itu?

1 comment:

raharjaurip said...

"Dan telah dicipta dia begitu indahnya agar kau miliki, kemudian semerbak cendana tak akan melebihi harum syurganya, lalu biarkan lembut kasih mengisi mengalir ditiap denyut nadi bersama hela nafas akan tertutur kalimat penyempurna keinginanmu"

Itu bisikan terakhir yang aku dengar sebelum dia (yang dilaknat dan dirajam) berada tepat dibelakang kulit ari.

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...