Tadi ada diskusi lucu di kampus. Lucu karena dua hal, pertama karena temanya yang emang menarik dan lumayan berat, kedua karena banyak distorsi bahasa(karena kemampuan inggris yang lumayan parah kalau verbal). Walaupun belakangan udah mulai menggalakkan membaca buku2 teks berbahasa inggris, tapi lumayan ngga nolong he..he.. Jadi ya setengah mendengarkan dan setengahnya lagi bikin konstruksi sendiri di otak. Kalau akhirnya ada yang bilang sains itu berfungsi baik untuk kemanusiaan, tapi gw nangkepnya kebalikannya, ya ngga heranlah. Untung pak Bambang bikin tulisannya dalam bahasa Indonesia.
Setiap kali memulai kajian, pasti ada pertanyaan esensial yang yang harus dijawab? Kenapa gw ngelakuin ini semua? Maksudnya apa sih pentingnya diskursus ini bagi masing-masing individu? Gw sendiri waktu pertama kali dikenalin ama wacana sains-agama ama kak Rezha, melihat ini kesempatan untuk ngeliat sains dalam perspektif yang lebih luas. Maunya sih ceritanya kaya gini sains+agama->semangat belajar math->ip gede->lulus cepet->hidup bahagia selama-lamanya. Eh alurnya malah jadi wacana sains+agama->mikir macem-macem->pikiran kemana-mana. Skenario awal gagal total deh.
Ada hal yang menarik mengenai abstrak dan real. Dengan tema sains dan nilai-nilai kemanusian, acara tadi mencoba untuk menyoroti perkembangan sains yang ternyata banyak menimbulkan dampak merugikan. Tapi karena banyak distorsi, jadi tulisan ini kayanya ga nyambung ama yang tadi. Menurut Whitehead, salah satu alasan kenapa sains pada era modern banyak menimbulkan kerusakan disebabkan oleh kesalahan penafsiran(mistaking abstractions with reality). Karena latarbelakangnya math, sekalian aja gw tamabahin curhat tentang pelajaran Analysis Real. Judulnya sih keren tapi dalemnya asli anril(baca:unreal). Bayangin aja, kita disuruh ngebuktiin 1+0=1. Gila ngga sih? Kalo satu lidi ngga ditambah-tambah lagi kan bakal tetep sat(aduh, semoga dosen gw ngga ada yang baca blog ini, ntar gw dipecat jadi mahasiswa math). Tapi dalam math ada pembuktiannya yang dianggap ngga loncat. Sedangkan kalau penulisan 1+0=1 sebenarnya masih loncat.
Trus mana batasan antara abstrak dan real. Seperti di potongan awal acara tadi yang gw tangkep, real muncul dari kesadaran. Nah, selama orang akrab dengan suatu realitas tertentu maka itulah realita bagi dia. Math dengan analysis real-nya yang asli abstrak banget bagi orang awam, begitupula sebaliknya. Mungkin itu yang menjadikan dunia ini begitu penuh warna, ketika kita mengintip dunia orang lain dan terpesona sesuatu yang baru.
1 comment:
sepakat sekali!!!! mungkin sama-sama belajar matematika kali ya.
Post a Comment