Sunday, July 18, 2004

Tafsir

Gimana kalao gw salah menafsirkan segala sesuatu. Tanda-tanda yang ada di jalan, bahkan senyum orang pun jadi beda. Apakah ini karena memang ada distorsi? Atau perasaan aneh ini memang harus hadir dengan wajah yang dapat membuat gw senyum-senyum sendiri dan kadang jadi suka merenung-renung ngga karuan. Ada kalanya suasana sesudah hujan membuat gw merasa sangat melow, entah memang karena hujan adalah salah satu keajaiban-Nya untuk menyapa bumi, mengembalikan rumput-rumput yang tadinya tertunduk lesu atau apapun dapat membuat orang dalam kondisi seperti gw merasakan hal yang sama?
 
Entahlah, kadang gw seneng bisa kembali merasa, apalagi setelah bisa mengembalikan perasaan meluap-luap itu dalam bingkai yang indah. Alhamdulillah, Sang Maha Kasih masih berkenan menjaga hamba-Nya ini. Setelah masa yang cukup bikin gw pusing. Gw nyebutnya masa kegelapan, kabur ke badui, memperbaiki hubungan yang dulu sempat runyam, dan kembali gembira.
 
Kadang orang sering menempatkan segala sesuatu dalam perspektif pengorbanan, tapi kayanya bukan gw banget. Gw pengen apa yang gw lakuin dilandaskan pada kesadaran, jadi dunia ini adalah cinta. Dan bukankah ketika cinta menjadi dunia tak ada lagi perbedaan antara penafsir dan yang ditafsirkan, semuanya baur dalam sujud kepada-Nya?
 
 

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...