Friday, August 20, 2004

Dulu dan Sekarang

Ngga beda jauh ama kata-kata ‘Masa lalu yang membunuh masa depan’, intinya apa yang kita lakuin hari ini ngaruh banget buat masa depan. He..he.. jadi inget iklannya film Mengejar Matahari, yang kalo ngga salah redaksionalnya kaya gini “Hari ini tidak dimulai dari saat membuka mata, hari ini dimulai jauh sebelum itu.” Nah, itu jugalah yang terjadi dalam kajian-kajian sejarah, ngga mungkinlah nyomot suatu peristiwa tanpa ngeliat kaitannya dengan kejadian-kejadian sebelumnya, keadaan masyarakat saat itu dll. Bagaimana dengan saya sendiri?

Dulu, saya selalu kagum dengan orang yang tahu lebih banyak, baca buku lebih banyak, pokoknya bisa dibilang wawasannya luas. Seperti yang pernah saya singgung di tulisan yang judulnya ‘Buruan’ kebanyakan sih saya kena doktrin soalnya kalo diajak diskusi saya cuma bisa bengong terkagum-kagum. Tapi sekarang, pertanyaan-pertanyaan yang biasanya hanya berjalan satu arah kini menjadi dua arah. Jujur aja, kadang nyaman menemukan tempat bertanya dengan penjelasan yang terdengar masuk akal. Tanpa perlu mikir terlalu banyak, solusi kita peroleh dengan mudah. Jadi agak menakutkan bahwa ternyata orang-orang yang semakin lama terbungkus dalam mitos manusia kuat, ternyata memiliki sisi lemah. Dan ada saatnya yang diperlukan adalah kisah sepasang merpati Gibran, ketika ada dua merpati yang terluka mereka saling mendekat dan menjadi pelengkap satu sama lain. Kalau di buku Gibran sih, ini kisah pasangan, tapi saya lebih melihatnya pada kecendrungan manusia untuk saling melengkapi dan mendukung satu sama lain(wah koq jadi kaya konsep pasangan beneran ya?!).

Adakalanya pemahaman lahir dari pemberitahuan searah, seiring dengan bertambahnya umur ada dialog-dialog, makanya sekitar tahun 2000-an yang laku buku-buku seperti Who Move My Cheese untuk manajemen dan Chicken Soup untuk motivasi diri. Tampaknya ada periode saat manusia lelah untuk diceramahin dan hanya membutuhkan sekadar teman senasib. Bagi saya kehilangan sosok manusia kuat merupakan pukulan tersendiri. Kayanya semua orang emang butuh sosok idol, termasuk sahabat yang sempat shock ketika Rasul dipanggil oleh Sang Khalik. Siapa yang tidak rindu akan kehadiran sosok yang perilakunya merupakan sumber hikmah, yang oleh musuh-musuhnya ia diakui sebagai orang jujur dan tutur katanya senantiasa disesuaikan dengan orang yang diajak bicara sehingga meneduhkan.

Mungkin contoh diatas cuma sebuah pembenaran bagi kehilangan saya. Tapi entah kenapa ini seolah menandai bahwa saya juga harus semakin kuat. Karena nun jauh disana ada yang percaya bahwa saya mampu menghadapi semua tantangan. Asli ini karena pengaruh simulacra, dentingan-dentingan yang membesar membentuk sebuah mitos. Dulu ada beberapa sosok yang saya anggap sebagai bintang di langit, namun belakangan ini perspektif itu berganti dengan berjalan beriringan dan saling melengkapi. Karena ternyata bintang tersebut memenuhi legenda pribadinya dengan kehadiran orang lain.

1 comment:

person said...

kewl

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...