Monday, October 11, 2004

Maaf

bahkan Tuhan pun mau memaafkan….
mengapa kita tidak?

Dapat kata-kata dari balairung. Terkadang saya berpikir bahwa maaf dapat meredakan kebencian antar sesama umat manusia. Sebuah kata yang dapat membawa kedamaian di muka bumi. Kalau baca beberapa teori kenapa belakangan ini timbul kekerasan yang oleh para ahli dianggap bertentangan dengan budaya Indonesia, ada yang beranggapan, ini adalah hasil kemarahan yang terpendam, dendam kesumat yang belum terbayar tuntas. Maka setiap ada kesempatan melintas, meledaklah kegeraman dan dendam masa silam. Lalu manusia-manusia lain hanya bisa menatap dengan tertunduk, mempertanyakan seribu satu tanya mengapa?

Peperangan dengan berlumur kebencian, benarkah? Bukankah perang merupakan anti-tesis dari damai manakala keyakinan tertindas, terinjak, terkoyak dalam segala bentuk kedzaliman. Peperangan melawan segala bentuk ketamakan, manakala manusia lupa menghadap kemana, saat materi menjadi kuasa, saat manusia tenggelam dalam topeng-topeng kemunafikkan. Perang menjadi penyeimbang, untuk mengembalikan keadaan pada jalan yang lurus. Damai dan perang genap dalam sebuah harmoni menegakkan kalimat-Nya.

Lalu dimanakah maaf? Masih adakah tempat buat maaf ditengah peperangan, pertikaian dan hiruk pikuk kemarahan pada ketidakadilan? Padahal maaf berbalas penebusan dosa bagi yang memaafkan. Dapatkah peperangan melawan tirani dilandaskan cinta kepada-Nya dan bukan kebencian? Masih adakah sedikit tempat untuk kembali mencerna apa yang telah terlewati dan kembali pada Sang Maha agar kesabaran masih menjadi milik orang-orang yang rindu kepada-Nya? Atau kita sudah begitu lelah menafisrkan dunia, sehingga yang hak dan yang batil tampak sama, kemudian atas nama maaf kita menjadi diam. Diam dalam kemapanan dengan menolak melihat realitas yang ada dan tenggelam dalam kebenaran parsial.

Maaf bagi saya merupakan jalan menuju kesejatian, manakala manusia mengakui kelemahannya sebagai makhluk khilaf, dan dalam keadaan sadar ataupun tidak, sering menyakiti sesamanya. Maka bolehkah maaf saya pinta dari sesame?



No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...