Friday, October 01, 2004

Tak Berjudul

Lantak dalam laju sang waktu
Deru yang tak usai mengenai tanya
Mengapa, apa, kenapa…
Dalam pencarian siapa aku
Terdiam pada sebuah sisi
Merenungi kebenaran-kebenaran
yang diperdagangkan
Mengenai manusia sejati
Bertopeng kemanusiaan semu
Berlindung dibalik dinding-dinding pembenaran
Lelah…
Pada tanya, ragu, bimbang
Pada segala….
Kadang aku tiada tergantikan diri
Mengikuti kehendak lingkungan, ideologi
atau entah apa…
Hingga denyut tak lagi tersisa
Aku telah hilang

Tas kulit, baju dengan pola setrika
Parfum menyengat agar beda
Manusia mapan….
Mampu menguasai segala
Dengan kekuasaan, dengan uang
Senyum berbalas senyum
Kemunafikkan yang sempurna
Dalam skenario-skenario dunia
Aku dan kamu, muak…
Namun padu dalam kebusukkan
Mengatakan diri kuasa
Namun tiada dalam bahagia

Tangan belum usai terulur
Menggenapkan kanvas berjudul terpinggirkan
Terkais, terhempas…
Dalam laju peradaban
Mobil mengkilap dari Timur hingga Barat
Irigasi, jalan-jalan terbentang
Beraspal, hitam mulus
Negara maju…
Kertas-kertas penuh puas
Manusia-manusia tetap beringas
Kelaparan dalam data sentosa

Merdeka…
Dalam kata-kata yang terberangus
Harapan yang terbakar, hangus
Keinginan dia yang menjadi aku

Adakah waktu kan berbalik?
Menyajikan perulangan kisah agar manusia dapat terperangah
Berhenti, kemudian memperbaiki semua
Atau kisah seperti itu tidak menarik
Tidak menimbulkan kejutan-kejutan
Linier dalam ketaatan
Hingga semua tetap stagnan

Adakah pasti menyertai manusia?
Khilaf demi khilaf yang terbaharui
Mencari pembenaran akan segala
Kejadian-kejadian terangkai kontinu
Tanpa menyisakan sedikit ruang
Menyadari makna keberadaan
Dalam keabadian yang fana

Langkah demi langkah
Menantang semua
Mempertanyakan arti keberadaan
Sekrup dalam mesin peradaban
ataukah semua hanya tentang merasakan
Bagaimana manusia menemukan Sang Kebenaran

Angka-angka yang tak kunjung menjadi nyata
Terjebak antara ada dan tiada
Namun tak kunjung menemukan mengapa
Kenapa, tanya yang tak kunjung terjawab
Terombang-ambing dalam bimbang
Henti pun tak membuat semuanya diam
Terpekur, kemudian kembali larut
Pelabuhan-pelabuhan…
Mulai suram hingga penuh warna
Saat berlabuh?
Mungkin saat semuanya tak bersuara

Ditengah alunan musik tanpa kata
Pikiran-pikiran liar membuncah
Merangkak, meraba…
Mencari secercah cahaya
Kegelapan yang pekat nyatanya membuat sesak
Adakah indra menjadi buta
manakala semua tertutup jelaga?

Adakah perubahan menyakitkan?
Menyentak, mengguncangkan segala yang ada
Menafikan segala silam
Agar kemudian dapat membangun sebuah mula
Lalu untuk apa sejarah?
Catatan-catatan dalam museum
Dengan bingkai tempat-tempat keramat
Hanya dapat dilihat oleh orang-orang bermartabat
Namun rakyat tetap melarat

No comments:

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...