Friday, September 08, 2006

Ruang Waktu

Tanpa sadar langkahku kian bergegas, dalam kepala terbayang runtutan kejadian yang menjadi target hari ini. Tenang, tenang, sebuah suara melintasi pikiran, masih ada kesempatan. Namun suara itu tak jua meredam gemuruh suara-suara yang berteriak, ini sudah keterlalauan. Teringat seorang teman yang harus menempuh perjalanan 1,5 jam untuk dapat kuliah, ah, aku masih punya waktu luang.

Temanku pernah berujar, dunia tak seindah teori. Aku malah berhadapan dengan teori yang tak seindah kenyataan, hehe, aku cuma becanda. Dalam keadaan yang serba mendesak, aku menemukan cara baru untuk gembira. Teman di sebelahku waktu kuliah sampai berujar, "Wah, ketawanya nular," sambil was-was karena takut memancing salah satu dosen cukup angker. Mungkin itu sindiran, tapi aku tak mau terlamapu pusing memikirkan disindir atau tidak, kalau tidak diutarakan langsung, kenapa harus bingung.

Aku jadi ingat aku disebut sebagai 'mba makhluk' gara-gara menyebabkan isi laut sebagai makhluk-makhluk. Oleh dosen, jawabanku malah dikaitkan dengan yang halus-halus, padahal maksudku kan ikan, terumbu karang, dan berbagai makhluk lainnya. Alhasil aku jadi sasaran terus, sambil sekuat tenaga menahan ketawa hingga sakit perut. Duh... selalu ada tawa di segala suasana, hehe

1 comment:

::: Lathifah Arief ::: said...

Duuh .. ketawanya nular :) :)

Untuk Papa

Papa …  Kini senyum itu tak bisa lagi kulihat  Kebaikan itu tak bisa lagi kudapat  Tapi jasa papa tetap melekat  Hangat itu tetap mendekap  ...